PAI KELAS 9 Menelusuri Tradisi Islam Di Nusantara Pertemuan ke 1

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 1)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Rabu Kamis dan Jumat / 12, 136 dan 14 Apr 2023

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                   : 9 (Sembilan ) C, D, E dan F

KD                      :

4.11.2. Menceritakan sejarah tradisi Islam Nusantara

JUDUL

MENELUSURI TRADISI ISLAM DI NUSANTARA

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Melalui pendekatan tertulis pada blog, tayangan video LCD dan penjelasan guru maka siswa-siswi akan dapat Memahami Tradisi Islam Di Nusantara

MATERI

MENCERITAKAN SEJARAH TRADISI ISLAM NUSANTARA

Masuknya Islam ke Nusantara melalui dua cara, yaitu dikenalkan oleh para pedagang Muslim Arab dan lewat aktivitas dakwah dari para ulama.

Saat para ulama pertama kali mendakwahkan Islam di Nusantara, sempat terjadi benturan antara ajaran Islam dengan adat istiadat setempat. Menurut sejarah, jauh sebelum Islam masuk ke Nusantara, masyarakat memang sudah lebih dulu meyakini agama Hindu-Buddha dan budayanya sudah mengakar kuat. Menyadari hal itu, para dai Islam tidak lantas berusaha memusnahkan tradisi masyarakat yang sudah ada, melainkan menyesuaikannya dengan ajaran Islam.

Percampuran antara ajaran Islam dengan adat istiadat setempat inilah yang melahirkan berbagai tradisi Islam di Nusantara.

Berikut ini sejarah tradisi Islam di Nusantara.

Sebelum Islam masuk ke Nusantara, agama Hindu-Buddha sudah lebih dulu berkembang, diperkirakan sejak abad ke-2. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dan pendeta dari India serta China, melalui jalur darat dan laut. Sejak saat itu, masyarakat mulai mengenal agama Hindu-Buddha dan kemudian meyakininya. Dalam perkembangannya, masyarakat Nusantara pun memiliki budaya, adat, serta tata cara hidup sesuai ajaran Hindu-Buddha. Kemudian, pada sekitar abad ke-7, masuklah agama Islam ke Nusantara, yang dibawa oleh para pedagang Muslim Arab. Masuknya agama Islam di Nusantara dilanjutkan dengan dakwah-dakwah Islam dari para ulama.

Para ulama Islam, yang mengetahui bahwa masyarakat di Nusantara telah memiliki budaya dan adat istiadat, tidak berusaha mengubahnya. Dalam dakwahnya, para ulama mencoba untuk menyesuaikan budaya masyarakat dan ajaran Islam, dengan cara melakukan akulturasi atau penggabungan budaya.

Dengan demikian, konsep tradisi lokal yang sudah ada akan diisi dengan ajaran Islam. Akan tetapi, untuk ritual atau tradisi yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi, minum minuman keras, dan menyembah kepada berhala, dihapus dan diganti dengan ajaran Islam. Penggantian ini tidak dilakukan secara semena-mena, melainkan berdasarkan dari dakwah Nabi Muhammad SAW di tanah Arab. Saat menyiarkan Islam, Rasulullah SAW tidak melarang maupun memusnakah tradisi Arab, tetapi menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Setelah Islam semakin berkembang, lahirlah berbagai tradisi Islam di Nusantara.

HALALBIHALAL

Tradisi halalbihalal biasanya dilakukan setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan atau saat hari raya Idul Fitri. Tradisi ini dilakukan dengan cara bermaaf-maafan antara sanak keluarga dan kolega.

Dari sejarahnya, halalbihalal muncul pada 1948, saat Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara. Saat itu, Wahab dimintai pendapat untuk menanggapi ketegangan yang terjadi di dalam pemerintahan. Wahab pun mengusulkan agar dilakukan acara silaturahmi, karena kebetulan ketika itu sedang menjelang Hari Raya Idulfitri 1367 H.

Presiden Soekarno pun menyetujui usulan dari KH Wahab Chasbullah dan melakukan acara silaturahmi, yang kemudian disebut sebagai halalbihalal.

SEKATEN

Sekaten adalah tradisi Islam yang diadakan oleh Keraton Surakarta dan Yogyakarta, yang bertujuan untuk mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Menurut sejarah, tradisi Sekaten digagas oleh salah satu Wali Songo, yakni Sunan Bonang. Kala itu, Sunan Bonang mengumpulkan masyarakat setempat untuk menyampaikan dakwah Islam. Setelah masyarakat berkumpul, mereka disuguhkan penampilan gamelan.

Di sela-sela pukulan gamelan, diselingi bacaan syahadatain atau dua kalimat syahadat bersama-sama. Peristiwa inilah yang kemudian melahirkan tradisi Sekaten, yang berasal dari kata syahadat.

Selain halalbihalal dan Sekaten, masih banyak contoh tradisi Islam yang ada di Nusantara. Berikut beberapa di antaranya. Gerebek Mauludan Suranan Rabu Kasan Dugderan Kupatan.

Referensi:

Putriani, Rinanda. (2020). Tradisi Sekaten di Solo. Pusat Data Analisa Tempo.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Tradisi Islam di Nusantara", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/10/120000679/sejarah-tradisi-islam-di-nusantara?page=all.

EVALUASI

Baca materinya dan simak penjelasannya terlebih dahulu lalu fahami

LATIHAN/TUGAS :

Diskusikan dengan teman-teman mu di kelas

PAI KELAS 9 Aqiqah Dan Kurban Menumbuhkan Kepedulian Umat Pertemuan ke 3

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 3)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Rabu Kamis dan Jumat / 05, 06 dan 07 Apr 2023

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 9 (Sembilan ) C, D, E dan F

KD                      :

4.8. Memperagakan tata cara penyembelihan hewan

4.9. Mempraktikkan pelaksanaan ibadah qurban dan akikah di lingkungan sekitar rumah

JUDUL

AQIQAH DAN KURBAN MENUMBUHKAN KEPEDULIAN UMAT

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Melalui pendekatan tertulis pada blog, tayangan video LCD dan penjelasan guru maka siswa-siswi akan dapat Memahami Tatacara penyembelihan hewan Qurban dan Aqiqah

MATERI

TATA CARA PENYEMBELIHAN HEWAN  QURBAN DAN AQIQAH SESUAI AJARAN ISLAM

PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN

Penyembelihan hewan kurban harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam yaitu dengan memotong leher kerongkongan dan tenggorokan serta dua urat nadi dengan alat yang tajam, kecuali gigi dan tulang atau cara lain yang dibenarkan oleh syariat Islam.

Berikut adalah rukun dan tata cara penyembelihan hewan qurban

Rukun Menyembelih Hewan Kurban

1. Penyembelih beragama Islam.

2. Binatang yang disembelih harus halal baik dari halal zatnya dan cara memperolehnya.

3. Alat untuk menyembelih hewan kurban harus tajam agar proses pemotongan terjadi cepat dan hewan kurban tidak terlalu menderita waktu disembelih.

4. Tujuan menyembelih untuk diridhoi Allah SWT.

PENYEMBELIHAN HEWAN AQIQAH

Hal ini sesuai hadits Nabi SAW

عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ سَمُرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى

Dari Qatadah dari Al Hasan dari Samrah dari Nabi shallallahu `alaihi wasallam, beliau bersabda: "Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, maka hendaklah disembelihkan untuknya pada hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. Ibnu Majah) [ No. 3165 Maktabatu Al Ma`arif Riyadh] Shahih. Hewan aqiqah boleh dengan kambing, sapi atau unta. Namun umumnya Muslim di Indonesia memakai hewan kambing untuk aqiqah. Para ulama madzhab Syafiiy mensunnahkan bagi yang mengaqiqahi anaknya untuk ikut serta hadir menyaksikan proses penyembelihan hewan aqiqah.

Berikut Tata Cara Penyembelihan Hewan Aqiqah / Qurban Sesuai Ajaran Islam

1. Menghadapkan ke Kiblat Bagi penyembelih atau tukang jagal hewan aqiqah / qurban disunnahkan menghadap ke kiblat. Begitu juga dengan hewan yang akan disembelih dihadapkan ke kiblat.

 قَالَ الشافعي: " وَأُحِبُّ أَنْ يُوَجِّهَ الذَّبِيحَةَ إِلَى الْقِبْلَةِ ".

Saya (Imam As-Syafii) menyukai agar sembelihan dilakukan dengan menghadapkannya ke arah kiblat (Al-Hawi: 15/94)

2. Membaca Basmalah Bagi penjagal hewan (penyembelih hewan) untuk membaca basmalah sebelum menyembelih aqiqah.  Imam an-Nawawi (w. 676 H) rahimahullah dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa membaca basmalah ketika menyembelih hukumnya mustahab (sunnah). Termasuk juga ketika berburu dengan tombak dan anjing.  Seandainya sengaja tidak membaca basmalah maka sesembelihannya tetap sah. Namun dihukumi makruh jika sengaja tidak membaca basmalah.

 قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ: " وَيَقُولَ الرَّجُلُ عَلَى ذَبِيحَتِهِ بِاسْمِ اللَّهِ ".

Hendaklah hewan disembelih dengan menyebut nama Allah (Al-Hawi: 15/95).

EVALUASI

Baca materinya dan simak penjelasannya terlebih dahulu lalu fahami

LATIHAN/TUGAS :

Diskusikan dengan teman-teman mu di kelas