PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
IDENTITAS
Mata Pelajaran |
Pendidikan Agama Islam |
Kelas / Fase |
8 (Delapan) / Fase D |
Elemen Mapel | SEJARAH |
Pertemuan Ke |
1 (Satu) |
Guru Pengampu |
Achmad Rifki, S.Ag |
Waktu Pembelajaran |
Senin, Rabu dan Jum’at / 12, 14, 16 Mei 2025(Sesuai Jadwal) |
CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP)
Elemen Mapel |
Capaian Pembelajaran |
Aqidah |
Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu: ·
Menjelaskan
para ilmuwan Muslim pada Masa Bani Abbasiyah beserta bidang ilmunya ·
Menjelaskan
ekspresi keindahan dan seni pada masa Bani Abbasiyah ·
Menghargai
hasil karya seni ·
Meneladani
semangat Ilmuwan muslim menjadi pembelajar sepanjang hayat |
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pemahaman dan penyampaian materi
melalui blog ini sebagai bahan literasi pendukung, peserta didik dapat membaca
dan mengetahui makna yang terkandung dalam Tema Indahnya Beragama Secara
Moderat serta Peduli terhadap Sesama dengan baik serta mempresentasikan maknanya di
depan kelas menggunakan PPT atau video/mind map atau karya lain sesuai dengan
diferensiasi gaya belajar siswa.
Assalamu'alaikum Wa Rohmatullahi .Wa
Barokatuh.
الـحَمْدُ للهِ رَبِّ
العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ
وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin,
wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa
wahabiibinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi aj’ma’iin,wa mantabi’ahum
biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.
Sebelum kita memasuki materi hari ini,
mari kita ingat lagi tentang materi Sebelumnya yakni Menjadi
Pribadi yang Dapat Dipercaya serta
Terhindar dari Riba dalam Jual Beli dan Hutang Piutang
MATERI
MENELADANI INSPIRASI DAN KONTRIBUSI
ILMUWAN MUSLIM PADA MASA BANI ABBASIYAH
UNTUK KEMANUSIAAN DAN PERADABAN
Dinasti
Abbasiyah adalah kekhalifahan ketiga yang berdiri setelah wafatnya Nabi
Muhammad. Kekhalifahan ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi
Muhammad, Abbas bin Abdul-Muttalib. Kekhalifahan Abbasiyah resmi memerintah
sebagai khalifah setelah menggulingkan Bani Umayyah pada 750 masehi. Kekuasaan
dinasti ini berlangsung selama lima abad, yakni dari tahun 750 hingga 1258 M.
Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah menerapkan pola pemerintahan
yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial, dan budaya. Salah satu
pencapaian terbesarnya adalah berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat
pengetahuan dunia.
Perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam
mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang. Ini terjadi karena perhatian yang
besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Khalifah Al-Ma’mun
melakukan penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang
menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Kemudian muncul para ilmuwan yang
memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains. Seperti Al-Khawarizmi
menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Imam Muslim
yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan umat islam hingga saat ini.
Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk memajukan ilmu
pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam memberi
penghargaan terhadap jasa para ilmuwan. Pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk
lembaga pendidikan. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan
para khalifah pun terlihat jelas. Para khalifah yang memimpin turut mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya. Alhasil, penduduk
berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan
memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi
Kebijakan para
khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan Beberapa langkah atau kebijakan yang
dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah sebagai
berikut. Menggalang penyusunan buku Penyusunan buku pada masa pemerintahan
Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran. Hasil penelitian para ulama
kemudian disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh
generasi penerus. Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari
bahasa asing Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan
ilmu-ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke Bahasa Arab. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan yang dimiliki umat Islam semakin luas dan berkembang. Menghidupkan
kegiatan-kegiatan ilmiah Kegiatan ilmiah menjadi salah satu kebutuhan primer
bagi penduduk Daulah Abbasiyah. Hampir di setiap majelis hingga tempat-tempat
umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan mereka miliki.
Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan Kekhalifahan Abbasiyah
gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi
perpustakaan. Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya sebuah
universitas di masa sekarang. Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi salah
satu cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.
Faktor yang
mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah Terjadinya
asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain Terjadinya asimilasi antara
bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, banyak
bangsa non-Arab yang masuk Islam dan memberi warna baru dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Contohnya bangsa Persia berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat
dan sastra serta pengaruh budaya India yang terlihat pada bidang kedokteran,
matematika, dan astronomi. Gerakan penerjemahan yang berlangsung dalam tiga
fase Fase pertama pada masa Khalifah al-Mansur hingga Harun ar-Rasyid. Pada
periode ini yang diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantik
(logika). Fase kedua berlangsung sejak masa Khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300
H. Buku-buku yang diterjemahkan adalah buku dalam bidang filsafat dan
kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah
adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan pun semakin
beragam, mengikuti perkembangan.
Tugas dan
Kebijakannya Ilmu yang berkembang pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
Ilmuwan-ilmuwan muslim beserta ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah
adalah sebagai berikut. Ilmu Tafsir Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua
aliran ilmu tafsir yang terus digunakan hingga sekarang, yaitu tafsir bi
al-ma’tsur yang menekankan pada penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan hadis dan
pendapat para sahabat, dan tafsir bi ar-ra’yi yang berpijak pada logika
daripada nas syariat. Sementara tokoh ilmuwan dalam bidang tasfir adalah Ibnu
Jarir at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, As-Suda, Mupatil bin Sulaiman, dan
Muhammad bin Ishak. Filsafat Islam Perkembangan filsafat Islam dimulai saat
penerjemahan filsafat Yunani dalam Bahasa Arab sekaligus diadakan penyesuaian
dengan ajaran Islam. Beberapa ilmuwan muslim dalam ilmu filsafat Islam adalah
Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Abu Bakar Ibnu Tufail, Al-Ghazali,
dan Abu Bakar Muhammad bin as-Sayig (Ibnu Bajjah). Ilmu Hadis Beberapa karya
para ilmuwan muslim terkenal dalam bidang ilmu hadis adalah sebagai berikut.
Sahih Bukhari, disusun oleh Imam Bukhari Sahih Muslim, disusun oleh Imam Muslim
Sunan Abu Daud, disusun oleh Imam Abu Daud Sunan at-Tirmizi, disusun oleh Imam
at-Tirmizi Surat an-Nasa'i, disusun oleh Imam an-Nasa'i
Ilmu Fikih
Setelah Nabi Muhammad wafat, muncul para ulama ahli fikih yang menjadi andalan
bagi umat Islam dalam menjelaskan persoalan fikih. Beberapa di antaranya adalah
Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali. Ilmu Kalam Ilmu Kalam
adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan. Ilmuwan termasyur dalam bidang ini
adalah Wasil bin Ata', Abu Hasan al-Asy'ari, Imam al-Ghazali, Abu Huzail al-Allaf,
dan Ad-Dhaam. Ilmu Tasawuf Tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara
ber-taqarub dengan benar kepada Allah SWT. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang
ini adalah Al Gazali, Al-Qusyairy, dan Syahabbudin. Ilmu Tarikh (Sejarah)
Sejarah termasuk cabang ilmu yang mengalami perkembangan terus-menerus. Para
ilmuwan muslim dalam bidang ilmu tarikh adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Khatib
Bagdadi, Ibnu Hayyan, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun. Ilmu Kedokteran Ilmu
kedokteran dalam Islam dikenal dengan nama at-Tib. Orang-orang Barat bahkan
juga menuntut ilmu di universitas milik umat Islam. Para dokter muslim yang
terkenal adalah sebagai berikut. Ibnu Sina, dikenal sebagai bapak dokter Islam
Jabir bin Hayyan dikenal sebagai bapak kimia Ar-Razi, karyanya berjudul al-Hawi
yang membahas tentang campak dan cacar
Ilmu Geografi
Ilmu Geografi berkembang seiring dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam
serta perdagangan. Pada saat itu, sering diadakan perjalanan ilmiah juga
perjalanan untuk pesiar, dan pengetahuan yang diperoleh akan dituangkan ke
dalam kitab. Beberapa ilmuwan dalam bidang geografi adalah Al-Muqaddasy, Yaqut
al-Hamawy, dan Ibnu Khardazabah. Ilmu Bahasa Pada masa pemerintahan
Kekhalifahan Abbasiyah, Bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi negara. Ilmu
bahasa yang berkembang meliputi ilmu nahwu, saraf, ma'ani, bayan, dan badi.
Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Sibawaihi, Muaz al-Harra', dan
Al-Kisai. Ilmu Astronomi Ilmu Astronomi atau falak adalah ilmu yang memelajari
tentang matahari, bulan, bintang, dan planet-planet. Beberapa contoh ilmuwan
dari bidang ini adalah sebagai berikut. Ibnu Haitam, ilmuwan muslim pertama
yang mengubah konfigurasi Ptolomeus Abu Ishaq az-Zarqali, menemukan bahwa orbit
planet adalah edaran eliptik, bukan sirkular Ibnu Rusyid, ilmuwan yang
menentang paham astronomi oleh Ptolomeus Ibnu Bajjah, yang mengemukakan gagasan
adanya galaksi Bimasakti Ilmu Matematika Ilmu matematika juga berkembang pesat
dan melahirkan tokoh-tokoh sebagai berikut. Al-Khawarizmi, penemu angka nol dan
dikenal sebagai Bapak Aljabar Umar bin Farukhan Banu Musa
KESIMPULAN
Bagaimana anak anak, pada materi kali ini
apakah kalian sudah memahami makna dan mampu memahami tentang Indahnya
Beragama Secara Moderat.
Baiklah... Berikut kesimpulan materinya :
Indahnya Beragama Secara Moderat maka harus mampu berakhlaq dan beraqidah
baik dan benar sesuai ajaran islam. Karena keselamatan hidup di masa yang akan
datang. Aturannya adalah arah jalan yang lurus.
Tetap semangat dalam belajar tanpa batas karena islam
mengajarakan kepada kita semua BELAJARLAH MULAI DARI BUAIAN HINGGA LIANG LAHAT.
BUKU REFERENSI :
Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
terbitan Kemdikbud Kurikulum Merdeka.
Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Tiga serangkai Kurikulum merdeka
Kitab Al-Quran Terbitan Kementrian Agama
dan referensi lain yang
Al Aziiz, Arief Nur
Rahman. (2019). Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Daulah Abbasiyah. Klaten:
Cempaka Putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar