MENATAP MASA DEPAN DENGAN OPTIMIS, IKHTIAR, DAN TAWAKAL
PERTEMUAN KE 3
(Materi disampaikan di kelas 9 A-H SMP Al-Azhar 3 Bandarlampung pada hari senin hingga jum'at tanggal 26-30 Agustus 2019)
9. Pengertian Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau
menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat
dari suatu keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai
berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allaah SWT tatkala menghadapi
suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati
tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah
"keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat
yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang
diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah
(tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman
terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan
hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia
diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya,
pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini.
Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada
Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah
Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan
tawakkal. Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam
ini mempunyai pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai
tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki
menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar
perutnya, seklipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah
menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh pasti
akan menyengsarakan diri sendiri.
Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan
terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya menurut ajaran Islam ialah menyerah diri kepada Allaah SWT setelah
berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam
mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah,
setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah saw ada
seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika
ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar
bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban
tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakkal."
10. Ciri-Ciri Tawakal
Ada 4 ciri orang yang bertawakal kepada Allaah SWT,
yaitu :
1. Mujahadah
Orang yang bertawakal selalu bersungguh-sungguh dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan .Seorang pelajar yang bertawakal akan belajar
dengan sungguh-sungguh untuk dapat menyelesaikan studinya dengan hasil yang baik.Petani
yang bertawakal akan bekerja dengan ulet agar hasil pertaniannya dapat
menghasilkan hasil panen yang maksimal. Bagi orang yang bertawakal apa pun
pekerjaannya asalkan tidak bertentangan dengan syari’at Islam akan dikerjakan
dengan sungguh-sungguh.
2. Berdo’a
Segala sesuatu ada dalam genggaman Allaah SWT, berdo’a
adalah melambangkan betapa kecilnya kita di hadapan Allaah SWT.
Orang yang tidak pernah berdo’a menunjukkan sifat
takabur, padahal segala usaha yang kita lakukan jika Allah tidak mengizinkan
tidak akan pernah terjadi. Berdo’a diperintahkan oleh Allaah SWT, seperti dalam
firman-Nya :
"Berdo’alah kalian niscaya akan Aku kabulkan"
3. Bersyukur
Mensyukuri segala apa yang diperoleh tanpa melihat
besar kecilnya sesuatu yang diperoleh merupakan ciri tawakal.Dengan bersyukur
pada apa yang diperoleh, kita akan selalu merasa puas, senang, dan bahagia.
Seperti dalam firman Allaah :
"Bersyukurlah kepada-Ku niscaya akan aku tambah
nikmatnya, tapi jika tidak bersyukur sesungguhnya azabku teramat pedih"
4. Sabar
Dari kesemuanya itu, apa pun takdir Allaah SWT yang
terjadi pada kita, baik kegagalan, penyakit, kesusahan, bencana, kekayaan,
pangkat, dan sebagainya, kita harus sabar menerimanya. Dengan kesabaran, segala
apa yang menimpa pada kita, jika itu suatu musibah tidak akan menjadikan kita
putus asa dan jika itu suatu kesenangan tidak akan menjadikan kita lupa diri.
11. Cara Bertawakal
Tawakal mengandung dua hal, Yang pertama adalah
penyandaran diri kepada Alloh dan beriman bahwa Dia adalah yang menjadikan
segala sebab, dan bahwa takdir-Nya pasti berlaku, dan Dialah yang menakdirkan
segala perkara, dan Dialah yang menjaga dan menuliskannya, maha suci Dia dan
maha tinggi. Yang kedua adalah melaksanakan berbagai sebab.
Maka bukan termasuk tawakal, jika meninggalkan
berbagai sebab. Akan tetapi tawakal itu adalah yang memadukan antara
pelaksanaan sebab dan penyandaran diri kepada Alloh. Barangsiapa yang
meninggalkannya, berarti dia telah menyelesihi syariat dan akal. Karena Allaah
‘azza wa jalla memerintahkan dan menganjurkan kita untuk melakukan sebab. Dia
juga memerintahkan hal itu kepada rasul-Nya, dan menciptakan fitrah hamba-hamba Nya
untuk melakukan sebab.
Bertawakal
kepada Allaah yaitu dengan menyerahkan segala usaha, daya dan upaya yang telah
kita lakukan hanya kepada Allaah SWT, mengikhlaskan bagaimana pun hasil dari
usaha kita, itu sudah menjadi ketetapan Allaah, dan meyakini sepenuh hati bahwa
itulah yang terbaik yang Allah berikan untuk kita.
12. Manfaat Tawakal
A. Di jamin Kemudahan dunia dan akhirat
Dengan berbekal sifat tawakal maka seseorang dijamin
oleh Allaah SWT akan selalu diberikan ke jalan kemudahan didunia dan dikhirat
berapapun besarnya kesusahan yang sedang dijalaninya.
B. Mudah beradaptasi dengan masalah apapun
Seseorang yang memiliki sifat tawakal akan mudah
beradaptasi dengan masalah yang seberat apapun tanpa mudah menangis dan jauh
dari prasangka buruk pada Allaah SWT hanya karena merasa diri tidak berharga.
Sifat tawakal dapat membuat seseorang menjadi berhati sabar dan mampu bangkit
kembali dari kegagalan.
C. Tawakal dapat mempertebal iman dan tidak mudah
putus asa
Tawakal dapat merubah sifat egois atau mudah menyerah
menjadi lebih sabar dan dapat pula mempertebal iman serta membuat seseorang
ingin selalu berterimakasih (bersyukur) pada Allaah SWT atas apa yang telah
diberikan selama ini. Maka dari itu sebaik baiknya orang yang beriman adalah
yang mempunyai sifat tawakal.
D Tawakal dapat membuat seseorang menjadi lebih
mandiri
Seacara tidak langsung sifat tawakal dapat menjadikan
seseorang menjadi lebih mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan masalah dunia
yang sedaang dihadapinya tanpa harus merugikan pihak manapun. Sifat tawakal
dapat menjadikan seseorang mampu memahami kekurangan dan kelebihan atas apa
yang telah allah berikan, kondisi ini dapat membuat seseorang menjadi lebih
bisa untuk mrenghargai kekurangan orang lain.
E. Allah akan mencukupkan rejeki
Allaah
SWT akan mencukupkan segala kebutuhan dan kepuasan batin bagi seseorang yang
bertawakal semata mata karena Allaah setelah dia berusaha dan berikhtiar dengan
hati yang bersih dan sabar. Bertawakal setelah melaksanakan ikhtiar kepada Allaah
SWT adalah sesuatu yang disukai Allaah SWT dan akan dimasukkan dalam golongan
orang orang yang sabar dan berkecukupan dalam keadaan apapun.
13. Implementasi dan Pemahaman Optimis, Ikhtiar, &
Tawakal dari Beberapa Ayat Alqur-an dan Hadits Q.S. 39. Az-zumar: 53
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku, yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri (dalam mencari rahmat Allah), janganlah kamu
terputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." (QS.39:53)
Ayat
tersebut (QS.39.53) menjelaskan beberapa
hal, yaitu Optimis bahwa kita tidak boleh berputus asa dalam suatu hal. Ikhtiar
bahwa kita harus bersungguh-sungguh dalam mengerjakan suatu hal. Tawakal bahwa
setelah kita melakukan suatu hal, menyerahkan segala usaha yang telah kita
lakukan kepada Allaah SWT. dan meyakini sepenuh hati bahwa itulah yang terbaik
yang Allah berikan untuk kita. Maknanya, Kita harus mengimbangi optimis dengan
usaha keras(ikhtiar) dan berserah diri (tawakal).
QS. 53An-najm: 39-42
وَأَن
لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
"Dan
bahwa sesungguhnya tidak ada (balasan) bagi seseorang melainkan (balasan) apa
yang diusahakannya"
وَأَنَّ
سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ
"Dan
bahwa sesungguhnya usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya, pada hari kiamat
kelak)"
ثُمَّ
يُجْزَىٰهُ ٱلْجَزَآءَ ٱلْأَوْفَىٰ
Kemudian
usahanya itu akan dibalas dengan balasan yang amat sempurna;
وَأَنَّ
إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلْمُنتَهَىٰ
Dan
bahwa sesungguhnya kepada hukum Tuhanmu lah kesudahan (segala perkara); (QS.53. An-Najm: 39-42)
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa, kita harus mengerjakan suatu hal dengan berusaha
(optimis, ikhtiar, dan tawakal). Karena segala usaha yang telah kita lakukan,
akan dibalas dengan sempurna oleh Allaah SWT:
"Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’’. (TQS. 3. Ali Imran :159)
Ayat tersebut
menjelaskan bahwa, Allah menyukai orang-orang yg bertawakal. Oleh karena itu
kita harus selalu bertawakal ketika mengerjakan suatu hal.
Hadits
terkait tentang optimis
Dari Abu Hurairah, ia berkata:
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي
كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا
وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ
“Mukmin (orang yang beriman) yang kuat lebih baik dan
lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Pada diri
masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa
yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada dan janganlah kamu menjadi
orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu
mengatakan; ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan
menjadi begini dan begitu’. Tetapi katakanlah; ‘lni sudah takdir Allah dan apa
yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan
kata ‘lau’ (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan.” (Hadits
Riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, juz VIII, hal. 56, hadits no.
6945)
Dari hadis tersebut di atas, kita harus yakin, mantap, dan
tidak ragu atau bimbang jika memunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan
segala cita-cita yang sesuai dengan jalan-Nya. Allah tidak menyukai orang-orang
yang berputus asa atau lemah karena sikap demikian membuka pintu bujuk rayu
setan. Akan tetapi, (sikap) optimistis tanpa perghitungan dan pertimbangan yang
tepat juga merupakan sesuatu kekonyolan (tidak dibenarkan) yang dapat dibenci
Allah. Sikap pesimistis merupakan halangan utama bagi seseorang untuk menerima
tantangan. Orang yang pesimistis pasti selalu merasa hidupnya penuh dengan
kesulitan. Ia selalu merasa berada dalam ketidakberdayaan menghadapi masa
depan. Sikap seperti ini sangat dibenci oleh Islam.
14.
Berperilaku Optimis
Berperilaku
optimis sangatlah penting.Tetapi, kita harus mengimbangi perilaku optimis
dengan ikhtiar dan tawakal. Contoh perilaku optimis:
1. Seorang siswa/siswi
yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan lulus
dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
2. Seseorang ingin bekerja di sebuah
perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu dia akan berusaha mengajukan
lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta dapat bekerja di perusahaan
tersebut.
15.
Berperilaku Ikhtiar
Ikhtiar
berarti tidak mengenal putus asa, dan yakni bahwa rahmat Allah pasti datang
setelah berikhtiar. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berikhtiar, dan
melarang hamba-Nya untuk berputus asa. manusia sebagai hamba Allah
diperintahkan untuk berusaha, bukan untuk berleha-leha. Sebab, rahmat Allah
turun kepada kita melalui sebab atau usaha yang kita lakukan. Artinya, kita
jangan pernah berputus asa dalam mencari rahmat dan ridha Allaah SWT.
16.
Berperilaku Tawakal
Tawakal
dibagi 2, yaitu tawakalul wakil dan tawakalut taslim Tawakkalul wakil, artinya
tawakalnya seseorang yang hatinya merasa tenteram terhadap pemberian Allaah SWT.
Tawakal seperti itu adalah tawakalnya orang mukmin biasa di mana seseorang akan
mempercayakannya kepada Allaah SWT, karena ia telah yakin bahwa Allaah SWT
merasa belas kasihan kepadanya.Tawakkalut taslim, artinya tawakalnya seseorang
yang telah merasa cukup menyerahkan urusannya hanya kepada Allaah SWT, karena
ia yakin bahwa Allaah SWT telah mengetahui keadaan dirinya. Artinya, seseorang sudah tidak lagi
membutuhkan sesuatu selain hanya kepada Allaah SWT. Tingkatan tawakal seperti
ini adalah tawakalnya pada nabi dan wali. Contoh perilaku tawakal :
1.
Selalu bersyukur apabila mendapatkan nikmat keberhasilan dari Allaah
SWT, dan bersabar apabila mendapatkan musibah.
2.
Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika berusaha dan beriktiar
3.
Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal, selanjutnya bertawakal kepada Allaah
SWT
4.
Tidak mudah berputus asa dalam berusaha
5.
Menerima segala ketentuan Allaah SWT dengan rasa ikhlas dan ridha.
6.
Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain