PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
(Pertemuan
Ke 1)
IDENTIFIKASI
Hari /
Tanggal : Senin, Rabu & Kamis / 5, 7 & 8 Sept 2022
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : 9
(Sembilan ) C, D, E dan F
KD :
3.7 Memahami makna tata krama, sopan santun, dan
rasa malu
Materi
: Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun dan Malu
APERSEPSI
:
Assalaamu’alaikum
anak-anak didik ku yang soleh dan solehah.
Bagaimna
kabarnya hari ini semoga selalu diberikan keberkahan ya....
Aamiin 3x Yaa
Robbal ‘Aalamiin....
O iya... Mari
kita mulai pelajaran kali ini dengan berdoa dan mengucap sykur kepada Allah SWT
agar senantiasa nikmat yang telah diberikan-Nya bisa menjadi berkah....
Rasa syukur
kita kepada Allah dapat pula kita apresiasikan dalam bentuk taat beribadah
sesuai petunjuk Na dan tetap bersemangat dalam menuntut ilmu....
Bagaimana
anak-anak didik ku yang soleh dan soleha subuh ini sholat tepat waktu kan
sebaiknya yang laki-laki upayakan sholat subuhnya berjama’ah di masjid atau
musholla-musholla terdekat dari rumah mu dan yang perempuan lebih baik
berjama’ah di rumah guna menghindari fitnah, jangan lupa pula nanti sholat
dhuha dan muroja’ah hafalan mu ya...
Semoga apa yg
kita lakukan hari ini bisa menjadi ladang pahala untuk kita semua....
Aamiin 3x Yaa
Robbal ‘Aalamiin....
TUJUAN
PEMBELAJARAN :
Melalui
pendekatan tertulis pada blog dan tayangan video maka kalian akan Mendeskripsikan
pengertian Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun dan Malu
VIDEO
PEMBELAJARAN :
PEMBAHASAN
:
A. Makna Jujur
Perilaku jujur
merupakan salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh setiap orang dan perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, sekolah, maupun
lingkungan sekitar. Nilai kejujuran wajib ditanamkan sejak dini pada anak-anak,
karena hal ini akan membawa pengaruh hingga usianya dewasa.
Arti Kejujuran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kejujuran berasal dari kata “jujur”
yang berimbuhan ke- dan -an, dan mempunyai arti lurus hati, tidak berbohong,
tidak curang dan tulus atau ikhlas. Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna
dengan aś-śidqu atau śiddiq yang artinya benar, nyata, atau berkata benar.
Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab al-kalibu. Secara istilah,
jujur atau aś-śidqu bermakna:
1. kesesuaian
antara ucapan dan perbuatan;
2. kesesuaian
antara informasi dan kenyataan;
3. ketegasan
dan kemantapan hati; dan
4. sesuatu yang
baik yang tidak dicampuri kedustaan.
Sementara
menurut Imam Ghazali, jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan
bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena
Allah SWT.
1.
Jujur dalam perkataan atau lisan,
yaitu sesuainya
berita yang diterima dengan yang disampaikan. Setiap orang harus dapat
memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa
yang menjaga lidahnya dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan
fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk
jujur jenis ini.
2.
Jujur dalam perbuatan/amaliah,
yaitu beramal
dengan sungguh sehingga perbuatan akhirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada
dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya. Kejujuran merupakan fondasi
atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran karena jujur identik dengan
kebenaran.
Kejujuran
merupakan satu perbuatan yang mulia dan agama Islam menganjurkan agar kita
senantiasa berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.
B. Makna Sopan Santun
Sopan santun
adalah sikap ramah yang diperlihatkan pada beberapa orang di hadapannya dengan
maksud untuk menghormati serta menghormati orang itu, hingga membuat kondisi
yang nyaman serta penuh keharmionisan. Sikap sopan santun adalah satu kewajiban
yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok mulai dari anak-anak sampai
orangtua tanpa ada kecuali. Menurut modul pembelajaran kelas IX dari
Kemendikbud, kesantunan seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah
lakunya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan
orang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa santun mencakup dua hal, yakni
santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Allah SWT mencintai sikap
santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut ini: “Dari Ibnu Abbas, bahwa
Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat
dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (H.R. Ibnu
Majah) Sopan santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Kita akan dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan
santun. Orang lain pun merasa nyaman dengan kehadiran kita. Sebaliknya, jika
berperilaku tidak sopan, maka orang lain tak akan menghargai dan menghormati
kita. Orang yang memiliki sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan
tepat dalam berbagai keadaan. Sopan santun dapat diterapkan di mana saja dan
kapan saja, karena sopan santun merupakan perwujudan cara kita dalam bersikap
yang terbaik.
C. Makna Memiliki Rasa Malu
Dalam Kehidupan
Pengertian Malu Malu adalah sikap menahan diri dari perbuatan jelek, kotor,
tercela, dan hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga
bisa merupakan hasil latihan. Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu perlu
usaha, niat, ilmu serta pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari iman karena
dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari
kemaksiatan. Hal ini seperti disampaikan Abu Hurairah berdasarkan sabda Nabi
Muhammad SAW: “Iman adalah pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu
termasuk cabangnya iman.” (H.R. Muslim) Memiliki rasa malu bukan berarti tidak
percaya diri, minder atau merasa rendah diri. Misalnya, seseorang malu
berjilbab karena takut diejek teman-temannya, atau malu karena mendapat giliran
maju presentasi di depan kelas. Terhadap hal-hal yang baik dan positif tidak
boleh ada perasaan malu, karena rasa malu seperti itu tidaklah tepat. Rasa malu
haruslah dilandasi karena Allah SWT, bukan karena selain-Nya Pada saat kita
malu berbuat sesuatu tanyalah kepada hati kita: “Apakah malu ini karena Allah
SWT atau bukan?” Jika bukan karena Allah SWT, bisa jadi hal itu adalah sifat
malas, minder, atau rendah diri. Sifat malas, minder atau rendah diri merupakan
perilaku tercela yang harus dihindari. Malu sendiri berasal dari keimanan dan
pengakuan akan keagungan Allah SWT. Rasa malu akan muncul jika kita beriman dan
menghayati betul bahwa Allah SWT itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah SWT
Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Tidak ada yang bisa kita
sembunyikan dari Allah Swt. Semua aktivitas badan, pikiran dan hati kita semua
diketahui oleh Allah SWT. Manfaat Malu Berikut ini beberapa manfaat yang bisa
didapatkan bila seseorang memiliki perasaan malu:
1. Mencegah
dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha sekuat
tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah SWT.
2. Mendorong
berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah SWT akan mendorong seseorang berbuat
kebaikan. Sebab ia tahu bahwa setiap perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah
di akhirat kelak.
3. Mengantarkan
seseorang menuju jalan yang diridai Allah SWT. Orang-orang yang memiliki rasa
malu akan senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
PETUNJUK
PEMBELAJARAN :
Baca materinya
dan simak videonya terlebih dahulu lalu kerjakan tugas
TUGAS
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar