Beriman kepada Qadha’ dan Qadha’ Berbuah Ketenangan
Hati
PERTEMUAN KE 3
(Materi disampaikan di kelas 9 A-H SMP Al-Azhar 3
Bandarlampung pada hari senin hingga jum'at tanggal 20-24 Januari 2020)
DALIL-DALIL IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADHAR
Dalil yang menunjukkan rukun yang agung dari rukun-rukun iman ini ialah
al-Qur-an, as-Sunnah, ijma’, fitrah, akal, dan panca indera.
Dalil-Dalil Dari Al-Qur-an
Dalil-dalil dari al-Qur-an sangat banyak, di antaranya firman Allah Azza wa
Jalla
وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”
[Al-Ahzab/33 :38]
Juga firman-Nya:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” [Al-Qamar/54
: 49]
Dan juga firman-Nya yang lain:
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا
بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya, dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” [Al-Hijr/15 : 21]
Juga firman-Nya:
إِلَىٰ قَدَرٍ مَعْلُومٍ فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ
“Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka
Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” [Al-Mursalaat/77 : 22-23]
Juga firman-Nya yang lain:
ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍ يَا مُوسَىٰ
“…Kemudian engkau datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa.”
[Thaahaa/20 : 40]
Dan juga firman-Nya:
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
“…Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” [Al-Furqaan/25 : 2]
Dan firman-Nya yang lain:
وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ
“Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” [Al-A’laa/87
: 3]
Firman-Nya yang lain:
لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا
“… (Allah mempertemukan kedua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan
yang mesti dilaksanakan…” [Al-Anfaal/8: 42]
Serta firman-Nya yang lain :
وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي
الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu,
‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali…”
[Al-Israa’/17 : 4]
Dalil-Dalil Dari As-Sunnah
Sementara dari sunnah ialah seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagaimana yang terdapat dalam hadits Jibril Alaihissalam
وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk… .” [1]
Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia mengatakan, “Saya
mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Segala sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia melanjutkan,
“Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, ‘Segala sesuatu itu dengan
ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau kecerdasan dan
kelemahan.’”[2]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْئٌ فَلاَ تَقُل:ْ لَوْ أَنِّيْ فَعَلْتُ، كَانَ كَذَا
وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ
“…Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, ‘Se-andainya aku
melakukannya, niscaya akan demikian dan demikian.’ Tetapi ucapkanlah, ‘Sudah
menjadi ketentuan Allah, dan apa yang dikehendakinya pasti terjadi… .’” [3]
Demikianlah (dalil-dalil tersebut), dan akan kita temukan dalam kitab ini
dalil-dalil yang banyak dari al-Qur-an dan as-Sunnah, sebagai tambahan atas apa
yang telah disebutkan.
Dalil-Dalil Dari Ijma’
Sedangkan menurut Ijma’, maka kaum muslimin telah bersepakat tentang
kewajiban beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk, yang berasal dari
Allah. An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Sudah jelas dalil-dalil yang qath’i
dari al-Qur-an, as-Sunnah, ijma’ Sahabat, dan Ahlul Hil wal ‘Aqd dari kalangan
salaf dan khalaf tentang ketetapan qadar Allah Azza wa Jalla.” [4]
Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “Sudah menjadi pendapat salaf seluruhnya
bahwa seluruh perkara semuanya dengan takdir Allah Ta’ala.” [5]
Dalil-Dalil Dari Fitrah
Adapun berdasarkan fitrah, bahwa iman kepada qadar adalah sesuatu yang
telah dimaklumi secara fitrah, baik dahulu maupun sekarang, dan tidak ada yang
mengingkarinya kecuali sejumlah kaum musyrikin. Kesalahannya tidak terletak
dalam menafikan dan mengingkari qadar, tetapi terletak dalam memahaminya
menurut cara yang benar. Karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman tentang kaum
musyrikin:
سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا
آبَاؤُنَا
“Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan, ‘Jika Allah
menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya… .’”
[Al-An’aam/6 : 148]
Mereka menetapkan kehendak (masyii-ah) bagi Allah, tetapi mereka berargumen
dengannya atas perbuatan syirik. Kemudian Dia menjelaskan bahwa ini merupakan
keadaan umat sebelum mereka, dengan firman-Nya:
كَذَٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
“… Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para
Rasul)… .” [Al-An’aam/6 : 148]
Bangsa ‘Arab di masa Jahiliyyah mengenal takdir dan tidak mengingkarinya,
serta di sana tidak ada orang yang berpendapat bahwa suatu perkara itu memang
telah ada sebelumnya (terjadi dengan sendirinya, tanpa ada Yang
menghendakinya).
Hal ini kita jumpai secara nyata dalam sya’ir-sya’ir mereka, sebagaimana
yang disebutkan sebelumnya, dan sebagaimana dalam ucapan ‘Antarah:
Wahai tetumbuhan, ke mana aku akan lari dari kematian
jika Rabb-ku di langit telah menentukannya [6]
Sebagaimana juga ucapan Tharfah bin al-‘Abd:
Seandainya Rabb-ku menghendaki, niscaya aku menjadi Qais bin Khalid
dan sekiranya Rabb-ku menghendaki, niscaya aku menjadi ‘Amr bin Martsad [7]
Suwaid bin Abu Kahil berkata:
Yang Maha Pemurah, dan segala puji untuk-Nya, telah menuliskan
keluasan akhlak pada kami begitu juga kebengkokannya [8]
Al-Mutsaqqib al-‘Abdi berkata:
Aku yakin, jika Rabb menghendaki,
bahwasanya kekuatan dan tujuan-Nya akan sampai kepadaku [9]
Zuhair berkata:
Jangan menyembunyikan kepada Allah apa yang ada dalam jiwa kalian
agar tersembunyi, dan meskipun disembunyikan Allah tetap mengetahuinya
Dia menunda lalu diletakkan dalam kitab untuk disimpan
bagi hari Penghisaban, atau disegerakan untuk diberi balasan [10]
Sebagaimana kita dapati juga dalam khutbah-khutbah mereka, seperti dalam
pernyataan Hani’ bin Mas’ud asy-Syaibani dalam khutbahnya yang masyhur pada
hari Dzi Qar, “Sesungguhnya sikap waspada (hati-hati) tidak dapat menyelamatkan
dari takdir.” [11]
Tidak seorang pun dari mereka yang menafikan qadar secara mutlak,
sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang pakar bahasa ‘Arab, Abul ‘Abbas
Ahmad bin Yahya Tsa’lab Rahimahullah, dengan ucapannya, “Saya tidak mengetahui
ada orang ‘Arab yang mengingkari takdir.” Ditanyakan kepadanya, “Apakah di hati
orang-orang ‘Arab terlintas pernyataan menafikan takdir?” Ia menjawab,
“Berlindunglah kepada Allah, tidak ada pada bangsa ‘Arab kecuali menetapkan
takdir, yang baik maupun yang buruk, baik semasa Jahiliyyah maupun semasa
Islam. Pernyataan mereka sangat banyak dan jelas.” Kemudian dia mengucapkan
sya’ir:
Takdir-takdir berlaku atas jarum yang menancap
dan tidaklah jarum berjalan melainkan dengan takdir
Lalu dia mengucapkan sya’ir milik Umru-ul Qais:
Kesengsaraan pada dua kesengsaraan telah tertuliskan [12]
Labid berkata:
Bertakwa kepada Rabb kami adalah sebaik-baik kewajiban
dan dengan seizin Allah hidup dan ajalku
Aku memuji Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya
di kedua tangan-Nya tergenggam kebajikan, apa yang dikehendaki-Nya pasti
terjadi
Siapa yang diberi petunjuk kepada jalan kebajikan, maka dia telah mendapat
petunjuk dan hidupnya menyenangkan
dan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk disesatkan), maka Dia menyesatkannya
[13]
Ka’b bin Sa’ad al-Ghanawi berkata:
Tidakkah engkau mengetahui bahwa dudukku tidak menjauhkan kematianku dariku
dan tidak pula kepergianku mendekatkanku kepada kematian
Bersama takdir yang pasti, hingga kematianku menimpaku
seandainya jiwa tidak terburu-buru [14]
Dalil-Dalil Dari Akal
Sedangkan dalil akal, maka akal yang sehat memastikan bahwa Allah-lah
Pencipta alam semesta ini, Yang Mengaturnya dan Yang Menguasainya. Tidak
mungkin alam ini diadakan dengan sistim yang menakjubkan, saling menjalin, dan
berkaitan erat antara sebab dan akibat sedemikian rupa ini adalah secara
kebetulan. Sebab, wujud itu sebenarnya tidak memiliki sistem pada asal
wujud-nya, lalu bagaimana menjadi tersistem pada saat adanya dan
perkembangannya?
Jika ini terbukti secara akal bahwa Allah adalah Pencipta, maka sudah pasti
sesuatu tidak terjadi dalam kekuasaan-Nya melainkan apa yang dikehendaki dan
ditakdirkan-Nya.
Di antara yang menunjukkan pernyataan ini ialah firman Allah Azza wa Jalla:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ
يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi
segala sesuatu.” [Ath-Thalaaq/65 : 12]
Kemudian perincian tentang qadar tidak diingkari akal, tetapi merupakan hal
yang benar-benar disepakati, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti.
Dalil-Dalil Dari Panca Indera
Adapun bukti secara inderawi, maka kita menyaksikan, mendengar, dan membaca
bahwa manusia akan lurus berbagai urusan mereka dengan beriman kepada qadha’
dan qadar -dan telah lewat penjelasan tentang hal ini pada pembahasan “Buah
Keimanan kepada Qada’ dan Qadar”-. Orang-orang yang benar-benar beriman
kepadanya adalah manusia yang paling berbahagia, paling bersabar, paling
berani, paling dermawan, paling sempurna, dan paling berakal.
Seandainya keimanan kepada takdir tersebut tidaklah nyata, niscaya mereka
tidak mendapatkan semua itu.
Kemudian, qadar adalah “sistem tauhid,” [15] sebagaimana dikatakan oleh
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu, dan tauhid itu sendiri adalah sebagai sistem kehidupan.
Maka kehidupan manusia tidak akan benar-benar istiqamah (lurus), kecuali dengan
tauhid, dan tauhid tidak akan lurus kecuali dengan beriman kepada qadha’ dan
qadar.
Mudah-mudahan apa yang akan disebutkan di akhir kitab ini mengenai
kisah-kisah manusia yang menyimpang dalam masalah takdir akan menjadi bukti
atas hal itu.
Kemudian dalam perkara yang telah diberitakan Allah dan Rasul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berupa perkara-perkara ghaib di masa mendatang
yang telah terjadi, sebagaimana disebutkan dalam hadits, adalah bukti yang
jelas dan nyata bahwa iman kepada qadar adalah hak dan benar.
[Disalin dari kitab Al-Iimaan bil Qadhaa wal Qadar, Edisi Indoensia Kupas
Tuntas Masalah Takdir, Penulis Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Penerjemah Ahmad
Syaikhu, Sag. Penerbit Pustaka Ibntu Katsir]
_______
Footnote
[1]. HR. Muslim, kitab al-Iimaan, (I/38, no. 8).
[2]. Muslim, (no. 2655) diriwayatkan juga oleh Ahmad dalam al-Musnad, yang
diteliti oleh Ahmad Syakir, (VIII/152, no. 5893), dan diriwayatkan oleh
Malik dalam al-Muwaththa’, (II/879).
[3]. HR. Muslim, (no. 2664).
[4]. Syarh Shahiih Muslim, an-Nawawi, (I/155).
[5]. Fat-hul Baari, (XI/287) lihat, Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal
Jamaa’ah, al-Lalika-i, (III/534-538), di mana dia menukil ijma’ atas hal itu
dari sejumlah besar kaum salaf, dan lihat, Majmuu’ul Fataawaa, (VIII/449, 452,
459).
[6]. Diiwaan ‘Antarah, hal. 74.
[7]. Syarh al-Mu’allaqaatil ‘Asyr, az-Zauzani, hal. 119.
[8]. Al-Mufadh-dhaliyyaat, al-Mufadh-dhal adh-Dhabi, hal. 197.
[9]. Al-Mufadhdhaliyyaat, hal. 151.
[10]. Syarh Diiwaan Zuhair bin Abi Sulma, hal. 25.
[11]. Al-Amaali, Abu ‘Ali al-Qali, (I/171), Jamharatul Khuthabil ‘Arab,
Ahmad Zaki Shafwat, (I/37), dan Taariikhul Adabil ‘Arabi, Ahmad Hasan
az-Zayyat, hal. 33.
[12]. Lihat, Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah, al-Lalika-i,
(III/538) dan lihat, (IV/704-705) dari kitab yang sama.
[13]. Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah, al-Lalika-i, (IV/705),
dan lihat, Syi’r Labid Ibn Rabi’ah baina Jaahiliyyatih wa Islaamih, Zakaria
Shiyam, hal. 95.
[14]. Al-‘Ashma’iyyaat, al-‘Ashma’i ‘Abdulmalik bin Quraib, hal. 74.
[15]. Majmuu’ul Fataawaa, (II/113)
104 komentar:
Salsa 9g :>
Salsa 9g :>
Kurnia 9b sudh baca pak
firza 9b sudh baca
Bintang 9b pak,tinggal di catet:'
syifa 9a
Rezha khoirunnisa 9f hadir
Saya annisa nurul aina 9g
putri ersa IX.G hadir pak
Oriana 9f sudah baca pak
Pak saya dea najuwa p 9f sudh membaca
Pak saya Vadia 9f sudah baca
Nazwa andini 9f sudah baca
Suci 9f sudah baca
Pak saya putri aulia 9e sdh baca
Pak sya larasati putri.y kelas 9g hadir pak
Pak saya aprisca amelia 9g hadir pak
Pak saya Bagus kelas 9 b
Hainun putri kencana kelas 9f sdh bca
Saya sudah baca ini saya Nabila kelas 9d
Assalamu'alaikum pak saya Gita arthajunia 9D sudah baca
Nuraini 9b, sudah baca pak
Nasywa 9b sudah baca
Mayang 9b sudah baca
Pak saya Vika Ayunda kelas 9E sdh baca
Asalamualaikum pak saya AMMAR FAISHAL dari kelas 9D sudah baca
Saya putri marjana 9b sudah baca pak
citra r 9a
Marsya reiza 9A
Vanza atha 9a
Nada restu 9b
Ade 9a
Helen Gista, 9A
Faisa Maheswari 9A
Saya altaf gilang pratama dari 9b sudah membaca pak.
Incik Abiyyu 9A
Adrian 9a
Ara 9g dh baca pak
Pak saya M.Kelvin Alfazel 9B sudah membaca pak
Pak saya ranti 9g sudah baca
Saya rizki 9b dah baca
Farras 9B udh bca pak
Saya Indah 9F udah baca pak
marsella 9g sudah baca
FIKHRA ARIFIN 9F
Saya rayhan rahmat 9f sudah baca
Fakih Ashari 9f sudah baca.
Rakha putra 9a sudah baca
Almar safero 9f sudah baca pak
deva lourentika 9a sdh bca
andin mezashika 9D sudah membaca
Dicky 9f sudah baca pak
Assalamualaikum pak,,, saya Marsha Dwi Cahyani dari kelas 9e sudah membaca blog-nya
davina 9a sudah baca
Assalamualaikum pak ,saya Nayyara Alya FM dari kelas 9E sudah membaca blog-nya
Akram hazik 9F
Sudah baca
qinthara farrasalya 9a
Ariq Rajasa 9A
Reinisa kapitan 9A
Nurul 9a
Pak saya Dhita 9c sudah baca
Pak sayan valiant ilham 9D sudah baca
Pak saya della 9D sudah membaca..
Saya RafifFebriyan 9G sudah membaca.
Zahra Mutia 9e udah baca
Aliya emira putri 9h sdh membaca
Saya rifki adam tastian 9H sudah membaca
saya amanda kelas 9h sdh membaca pak
Saya arjun 9D sufah baca
saya arya 9h sudah baca
Saya Farrel 9e sudah baca pak
Saya devi sukma arum klas 9H sdh membaca
Saya aryo 9h sudah baca
Saya lorena kelas 9E sudah membaca
Saya ayu pisca 9D sudah membaca pak
Sabila balqis 9h
Kartika 9D sudah membaca
Saya Faisa Ananta Widya 9d sudah membaca
damara 9geh dah baca
Fita 9c sudah baca pak
assalamualaikum pak, saya sofi tia kelas 9d sudah baca pak
Assalamualaikum pak saya zahwa natasya hamzah 9c sudah membaca
Assalamualaikum pak saya alfharigi dari kelas 9e sudah membaca
Nazwa rahmadani 9a
Saya dimas anugrah kelas 9c sudah baca
Saya syifa widya 9c sudah baca
Assalamualaikum pak saya Fitria Putri Ramadhani 9C sudaflh membaca
Asalamualaikum pak,saya irfan raihan kls 9G udh baca
Assalamualaikum pak,saya Andika Pratama dari kelas 9C sudah membava
Assalamualaikum pak,saya Andika Pratama dari kelas 9c sudah membaca
Assalamualaikum pak,saya Andika Pratama dari kelas 9C sudah membaca
Assalamualaikum pak saya yeni 9c sudah membaca
assalamualaikum wr wb saya marisa yasmin 9H udah baca
Pak saya adellia 9c sudah baca
tsyaa 9c suda baca
Prita yana 9c sudah baca
Sabrina nada 9b sudah baca
Pak, saya adinda 9c sudah baca
Saya Raka raditya kelas 9c sudah membaca pak
Dilla marcelyana 9c sudh baca
Saya Kurniawan Sidiq 9C sudah membaca pak
Pak saya tansila Putri 9h sdh baca:)
muhammad farhan 9a
Andrea Wijaya 9a
Posting Komentar