Materi Sanlat Ramadhan 3

Kisah teladan Nabi Musa AS

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Thoha ayat 77 mengenai kisah Nabi membelah laut. Mukjizat itu Nabi Musa terima melalui sebuah tongkat yang bila mana dipukul ke tanah dapat membelah laut.

Nabi Musa diketahui sebagai orang yang berani menentang kepemimpinan Firaun. Bahkan, Nabi Musa telah berusaha meluluhkan hati Firaun karena telah melampaui batas. Namun hal itu gagal dan membuat Firaun memerintahkan pasukan untuk menangkap Nabi Musa.

Nabi Musa dan para pengikutnya pun dikejar-kejar oleh pasukan Firaun. Namun, mereka terjebak di ujung perbatasan dengan laut sehingga tak ada jalan keluar kecuali melewati laut yang dikenal dengan nama Laut Merah.

Dipukul lah tongkat tersebut ke tanah hingga membelah lautan. Nabi Musa dan pengikutnya pun berjalan di tengah-tengah laut yang terbelah tersebut.

وَلَقَدْ اَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اَنْ اَسْرِ بِعِبَادِيْ فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيْقًا فِى الْبَحْرِ يَبَسًاۙ لَّا تَخٰفُ دَرَكًا وَّلَا تَخْشٰى

Artinya: Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, 'Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukul lah (buat lah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam).'

Ketika memukulkan tongkatnya ke tanah, Nabi Musa juga mengucap doa membelah lautan.

Allahumma laka al-hamdu, wa ilaikal musytaka, wa antal musta'in, wa laa hawla wa laa quwwata illa billah al-'aliyil ‘adziim

Artinya: Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, hanya kepada-Mu lah kami mengadu, dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan. Tiada daya (untuk menghindari maksiat) dan tiada kekuatan (untuk taat), kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Agung.

Kisah Nabi Musa kemudian, Firaun dan pasukannya mengejar Nabi Musa. Tetapi dengan mukjizat dari Allah SWT Firaun dan pasukannya malah ditenggelamkan ke dalam lautan.

فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ

Artinya: Kemudian Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, tetapi mereka digulung ombak laut yang menenggelamkan mereka.

Selain itu, kisah Nabi Musa juga Allah firmankan dalam Quran surat Asy Syuara ayat 60-66. Ketika melihat para pasukan Firaun ikut masuk ke dalam lautan, pengikut Nabi Musa ketakutan.

Namun, Nabi Musa menenangkan mereka karena Allah SWT telah memberi petunjuk. Sehingga Firaun dan pasukannya tenggelam dalam Laut Merah.

ثُمَّ اَغْرَقْنَا الْاٰخَرِيْنَ

Artinya: Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain (Firaun dan pasukannya).

Semoga, kisah Nabi Musa bisa menambah keimanan kita




Tugas:

1. Baca lalu pahami Kisah ini
2. Tonton video sampai selesai
3. Tuliskan inti sari kisah yang terkandung di dalamnya.
4. Kirimkan bukti tugas catatan dan foto aktivitas mencatat kalian ke email saya berupa foto yang sudah ditanda tangani oleh orangtua kalian lalu adikan 1(satu) foto tersebut dan hasil catatan dengan aplikasi foto grid atau foto kolase
5. Beri komentar dengan nama dan kelas kalian di kolom komentar pada blog ini


Materi SANLAT RAMADHAN 2

Kemuliaan dan Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq


(Materi SANLAT RAMADHAN untuk kelas 9A sampai 9H SMP Al-Azhar 3 Bandarlampung pada hari selasa hingga jum'at tanggal 11 - 15 Mei 2020)


Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mulia, bahkan dikatakan ia adalah manusia termulia setelah para nabi dan rasul. Keutamannya adalah sesuatu yang melegenda, hal itu diketahui oleh kalangan awam sekalipun. Membaca kisah perjalanan hidupnya seakan-akan kita merasa hidup di dunia hayal, apa benar ada orang seperti ini pernah menginjakkan kaki di bumi? Apalagi di zaman kita saat ini, memang manusia teladan sudah sulit terlestari.


Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada segelintir orang atau kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan hidup Abu Bakar ash-Shiddiq setelah Allah dan Rasul-Nya memuji pribadinya. Allah meridhainya dan menjanjikan surga untuknya, radhiallahu ‘anhu.

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Kritik tersebut mulai berpengaruh pada jiwa-jiwa yang mudah tertipu, kepada hati yang lalai, dan kepada pribadi-pribadi yang memiliki hasad kepada generasi pertama.

Kali ini kita tidak sedang menceritakan kepribadian Abu Bakar secara utuh, karena hal itu sulit diceritakan di tulisan yang singkat ini. Tulisan ini akan menyuplikkan sebagian teks-teks syariat yang menjelaskan tentang kemuliaan Abu Bakar.

Nasab dan Karakter Fisiknya

Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman at-Taimi, namun kun-yahnya (Abu Bakar) lebih populer dari nama aslinya sendiri. Ia adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im bin Murrah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Luai.

Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im. Dengan demikian ayah dan ibu Abu Bakar berasal dari bani Ta-im.

Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anhu menuturkan sifat fisik ayahnya, “Ia seorang yang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya, wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, dahinya lebar, tidak bisa bersaja’, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai inai atau katam (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 1: 188).

Adapun akhlak Abu Bakar, ia adalah seorang yang terkenal dengan kebaikan, keberanian, sangat kuat pendiriannya, mampu berpikir tenang dalam keadaan genting sekalipun, penyabar yang memiliki tekad yang kuat, dalam pemahamannya, paling mengerti garis keturunan Arab, orang yang bertawakal dengan janji-janji Allah, wara’ dan jauh dari kerancuan pemikiran, zuhud, dan lemah lembut. Ia juga tidak pernah melakukan akhlak-akhlak tercela pada masa jahiliyah, semoga Allah meridhainya.

Sebagaimana yang telah masyhur, ia adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam.

Keutamaan Abu Bakar

– Orang yang Rasulullah Percaya Untuk Menemaninya Berhijrah ke Madinah

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS. At-Taubah: 40)

Dalam perjalanan hijrah ini, Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mempersilahkan Rasul untuk beristirahat sementara dirinya menjaganya seolah-olah tidak merasakan letih dan butuh untuk istirahat.

Anas bin Malik meriwayatkan dari Abu Bakar, Abu Bakar mengatakan, “Ketika berada di dalam gua, aku berkata kepada Rasulullah, ‘Sekiranya orang-orang musyrik ini melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat’. Rasulullah menjawab, ‘Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga (maksudnya Allah bersama dua orang tersebut)’. Rasulullah menenangkan hati Abu Bakar di saat-saat mereka dikepung oleh orang-orang musyrikin Mekah yang ingin menangkap mereka.

– Sebagai Sahabat Nabi yang Paling Dalam Ilmunya

Abu Said al-Khudri mengatakan, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa yang ada di sisi-Nya, dan hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah’.

Kata Abu Sa’id, “(Mendengar hal itu) Abu Bakar menangis, kami heran mengapa ia menangis padahal Rasulullah hanya menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan. Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Abu Bakar-lah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah melanjutkan khutbahnya,

“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan memilih kekasih selain Rabbku, pasti aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya.”

– Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah

Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu as-Salasil, saat itu aku menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Rasulullah menjawab, “Aisyah.” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar).”

– Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga

Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya lalu keluar menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat ke masjid dan bertanya dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa, “Aku pun segera pergi berusaha menysulunya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan keperluannya.

Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tak lama kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar.” Lalu kujawab, “Tunggu sebentar.” Aku datang menemui Rasulullah dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk.” Rasulullah menjawab, “Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.”

Penutup

Demikianlah Abu Bakar ash-Shiddiq dengan keutamaan-keutamaan yang ada padanya. Sebuah keistimewaan yang mungkin tidak pernah terlintas di benak kita, kita dijamin surga, menjadi kekasih Rasul, orang kecintaan Rasulullah, dan sahabat dekatnya. Lalu bagaimana bisa di hari ini ada orang yang merendahkan kedudukan beliau, setelah Allah dan Rasul-Nya memuliakan dia?

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari sifat buruk yang merendahkan wali-Nya, menjadi musuh orang yang Dia cintai. Semoga Allah meridhai Abu Bakar ash-Shiddiq.

Sumber: https://www.taajussalaam.com



Tugas:

1. Baca lalu pahami Kisah ini
2. Tonton video sampai selesai
3. Tuliskan inti sari kisah yang terkandung di dalamnya.
4. Kirimkan bukti tugas catatan dan foto aktivitas mencatat kalian ke email saya berupa foto yang sudah ditanda tangani oleh orangtua kalian lalu adikan 1(satu) foto tersebut dan hasil catatan dengan aplikasi foto grid atau foto kolase
5. Beri komentar dengan nama dan kelas kalian di kolom komentar pada blog ini

Materi SANLAT RAMADHAN

ABDULLAH BIN HUDZAFAH AS-SAHMI

(Materi SANLAT RAMADHAN untuk kelas 9A sampai 9H SMP Al-Azhar 3 Bandarlampung pada hari selasa hingga jum'at tanggal 04 - 08 Mei 2020)

Kali ini kita akan bercerita tentang seorang sahabat Rasul yang mungkin tidak kau kenal, namun beliau pernah menjadi pahlawan menyelamatkan sahabat Rasulullah dan umat Islam lainnya, beliau adalah Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi.

Bersama pasukan muslimin lain, beliau ditawan oleh tentara Romawi di Syam pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab.

Qadarullah, kabar adanya salah seorang sahabat Nabi berada dalam pasukan yang ditawan, sampai kepada kaisar. Untuk menjatuhkan khilafah islamiyah, Kaisar Romawi berusaha melobi dan menawarkan sesuatu.

Abdullah bin Hudzafah berkata, “Apa itu?”

“Kalau kamu mau masuk agama kami, aku akan membebaskanmu dan memuliakanmu” kata Kaisar.

“Tidak mungkin! 1000 kali mati lebih ku sukai daripada menerima tawaranmu” tolak Abdullah dengan tegas, kedua tangannya diikat ke belakang dan mukanya penuh lebam bekas pukulan tentara Romawi yang kejam.

“Kamu sangat berani, bagaimana kalau kamu murtad dari Islam, akan ku angkat kamu menjadi gubernur di salah satu wilayah kekuasaanku?”, tukas Kaisar menggoda, namun serius.

Dengan jelas As-Sahmi membalas, “kalau kamu memberiku semua yang kamu punya dan semua yang dimiliki orang Arab, supaya aku meninggalkan agama Muhammad SAW hanya untuk sedetik saja, aku tidak akan mau!”.

“Berarti kamu memang harus dibunuh!” dengan membentak Kaisar berkata.

Tanpa rasa takut, Abdullah berkata “silakan bunuh aku”.

Kaisar pun menyuruh beberapa tentaranya untuk menyalib Abdullah, dan memanahnya. Dengan berbisik ia memerintahkan supaya anak panah itu diarahkan pada tangan dan kakinya saja, agar dia tersiksa dan tidak mati.

Beberapa panah menancap di kaki dan tangan Abdullah, sedangkan Kaisar yang menyaksikan itu terus saja memaksanya pindah agama. Tetapi Abdullah bin Hudzafah tetap bersikeras pada imannya.

Melihat itu, Kaisar geram. Ia memerintahkan tentaranya untuk menurunkan Abdullah dari tiang salib dan menyediakan sebuah panci raksasa yang di isi minyak, dengan api menyala di bawahnya.

Setelah minyak mendidih, dia melempar seorang tawanan muslim ke dalamnya, tawanan itu pun syahid, hanya beberapa detik tulangnya yang putih bersih itu mengapung di atas permukaan minyak.

Tapi pemandangan itu tidak membuat semangat Abdullah bin Hudzafah surut. Dia hanya beristighfar. Tawanan kedua pun bernasib sama.

“Bagaimana? Apa kamu siap pindah agama?”, kata Kaisar sambil senyum, seakan melihat apa yang terjadi adalah sebuah hal yang biasa, Abdullah tetap teguh. Akhirnya Kaisar Romawi memerintahkan supaya Abdullah juga digoreng!

Beberapa tentara Romawi pun menyeret Abdullah yang berlumuran darah menuju panci raksasa itu. Abdullah menangis, air matanya menetes bercampur darah yang mengalir.

Melihat Abdullah menangis, tentara itu memberi tahu Kaisar. Kaisar sombong memerintahkan agar Abdullah As-Sahmi dibawa menghadapnya.

“Hai Arab, kenapa kamu menangis? Takut digoreng? Jadi, sekarang siap pindah agama?”.

“Bodoh kau!” tegas Ibnu Hudzafah, “Aku menangis bukan karena takut. Tapi aku menyesal kenapa nyawaku cuma satu! Aku berharap memiliki nyawa sebanyak rambut yang ada di tubuhku, dan semuanya diceburkan ke dalam panci itu!”.

Bingung si Kaisar, “Kok bisa ada orang keras kepala seperti ini. Apa yang diajarkan Muhammad SAW pada mereka!”

“Oke, sekarang bagaimana kalau kamu mencium kepalaku, dan kamu akan ku bebaskan?”, kata Kaisar.


“Aku dan seluruh tawanan pasukan muslim?”, tanya Abdullah bin Hudzafah.

“Ya sudah, semua!” terpaksa.

Abdullah berpikir sejenak, dia membatin, “Ini musuh Allah SWT dan Rasul-Nya, aku mencium kepalanya,1 tapi dia akan membebaskanku dan seluruh tawanan pasukanku, bolehlah yang penting dia membebaskan muslim lainnya.”

Abdullah pun mencium kepala Kaisar, dan Kaisar membebaskan seluruh tawanan muslim. Mereka pun kembali ke Madinah.

Sampai di kota Madinah, mereka disambut oleh Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khattab, mereka menceritakan apa yang terjadi pada mereka di Syam bersama Kaisar.

Khalifah Umar sangat gembira melihat mereka kembali, beliau menangis saat mendengar cerita Abdullah bin Hudzafah.

“Harusnya semua umat Islam mencium kepala Abdullah, dan sekarang aku orang pertama yang mencium kepala Abdullah”, kata Khalifah Kedua itu sambil mencium kepala Abdullah.

Begitulah jika orang beriman memiliki ribuan nyawa atau usia seribu tahun, mereka akan tetap beriman. Maka pantas lah Allah SWT memasukkan mereka kedalam surga yang khairun wa abqa (abadi).

Firman Allah SWT:

إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا تتنزل عليهم الملائكة ألا تخافوا ولا تحزنوا وأبشروا بالجنة التي كنتم توعدون

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. 41. Fussilat; 30)

Mereka yang hidup hanya untuk membela agama. Sudah menghitung mundur kematian sejak nafas pertama. Tidak sedikit pun takut dan sedih, hanya ada rasa bangga.


Tugas:
1. Baca lalu pahami Kisah ini
2. Tonton video sampai selesai
3. Tuliskan inti sari kisah yang terkandung di dalamnya.
4. Kirimkan bukti tugas catatan dan foto aktivitas mencatat kalian ke email saya berupa foto yang sudah ditanda tangani oleh orangtua kalian
5. Jadikan 1(satu) foto kalian dan hasil catatan dengan aplikasi foto grid atau foto kolase
6. Beri komentar dengan nama dan kelas kalian di kolom komentar pada blog ini