PAI KELAS 7A dan 7D MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN Pertemuan Ke 3

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 3)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Senin / 01 April 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 7 (Tujuh) A dan  D

Fase                   : D

Elemen Mapel    : Aqidah dan Akhlaq

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Melalui pembelajaran inquiry, peserta didik dapat menyusun review konten di media sosial dengan benar tentang Ghibah dan Kritik dan mengerti tentang Tabayun dalam menjalani kehidupan

APERSEPSI

Pada materi sebelumnya peserta didik sudah diarahkan dan dianggap sudah mampu memahami perbedaan Gibah Dan Kritik serta melaksanakan Tabayun dalam menjalani kehidupan

JUDUL PEMBAHASAN

MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN

TUJUAN PEMBELAJARAN :

peserta didik dapat mereview konten di media sosial dengan benar tentang Ghibah dan Kritik

MATERI

TABAYYUN YANG SERING DILUPAKAN

abayyun adalah salah satu ajaran Islam yang sudah dikenalkan sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam dunia modern seperti saat ini tabayyun bisa diartikan sebagai cek dan ricek atas sebuah kabar yang beredar. Ironinya kini banyak umat Islam yang justru melupakan pentingnya tabayyun.

Tak jarang, demi ingin disebut sebagai pihak pertama yang memberikan informasi, seseorang dengan gampangnya membagikan kabar tanpa tabayyun atau melakukan cek dan ricek tentang kebenarannya. Kabar dengan cepat menyebar dari satu WhatsApp Group ke WA Group lainnya, juga kadang hingga di berbagai media sosial.

Puluhan bahkan mungkin ratusan orang dengan cepat mendapatkan informasi tersebut. Jika informasi yang disebar adalah sebuah kebenaran, tentu tak jadi soal. Bakal menjadi masalah ketika informasi tersebut tidak benar dan bahkan cenderung ke arah fitnah, akibatnya bisa sangat fatal.

ering kita mendengar sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Ini bukan sekadar ungkapan, tetapi ada dalilnya yakni firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 191

وَٱلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلْقَتْلِ

"Fitnah itu bahayanya lebih besar dari pembunuhan."

Begitu bahayanya fitnah tentu membuat kita umat Islam harus lebih hati-hati jika ingin menyebar sebuah informasi di media sosial, WhatsApp Group atau perangkat teknologi yang lain. Kini bukan lagi sekadar jaga mulut, karena mulutmu adalah harimaumu tetapi juga tahan jempolmu, sebab jika sembrono bisa membahayakanmu.

Di zaman teknologi modern seperti saat ini, tabayyun bukan suatu perkara yang sulit. Kuncinya terletak pada kemauan kita umat Islam untuk melakukan cek dan ricek akan sebuah informasi. Dan perlu diingat bahwa tabayyun adalah perintah Allah SWT dalam Al Quran di surat Al Hujarat ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Di dalam tafsir Al-Mukhtashar disebutkan melalui surat Al Hujarat ayat 6 Allah SWT memperingatkan orang-orang beriman dari kabar yang dibawa oleh orang fasik. Seorang yang beriman harus memastikan kebenaran kabar itu sebelum mempercayai dan menyebarkannya. Tujuannya agar kabar ini tidak menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan zalim terhadap orang yang tidak bersalah, sehingga mereka menjadi menyesal karena sifat terburu-buru.

Ada sebuah cerita di masa Rasulullah SAW. Ketika itu seorang bernama Abdullah bin Ubay menyebarkan fitnah atas diri Aisyah RA istri Rasulullah SAW. Dengan cepat rumor tentang Aisyah itu beredar di kalangan penduduk Madinah dan meresahkan Rasulullah SAW serta para sahabat.

Disebutkan dalam sejumlah riwayat, Rasulullah SAW pun sempat bimbang dengan adanya rumor tersebut. Hingga akhirnya sebulan setelah rumor beredar, Allah SWT menunjukkan kebenaran untuk membantah fitnah Abdullah bin Ubay atas diri Aisyah istri Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat An Nur ayat 12

لَّوْلَآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا۟ هَٰذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ

Artinya: Mengapa di saat kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".

Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah disebutkan bahwa semestinya orang-orang beriman ketika mendengar ucapan para pembawa berita bohong itu hendaklah mengukur hal itu pada diri mereka sendiri. Apabila hal itu tidak mungkin terjadi pada mereka, sudah barang tentu mustahil lagi terjadi pada Aisyah RA sang Ummul Mukminin.

Disebutkan dalam sebuah riwayat, Abu Ayyub al-Anshari pernah ditanya istrinya tentang rumor mengenai Aisyah RA. "Apakah kamu telah mendengar apa yang dikatakan orang-orang tentang 'Aisyah?" tanya istri Abu Ayyub.

Abu Ayyub pun menjawab, "Ya, aku telah mendengarnya, dan itu adalah berita bohong. Apakah mungkin kamu akan melakukan hal seperti itu hai Ummu Ayyub?"

Istri Abu Ayyub menjawab, "demi Allah, itu tidak mungkin aku lakukan."

Abu Ayyub berkata, "demi Allah, sungguh Aisyah lebih baik dan lebih suci darimu, itu semua hanyalah kebohongan dan tuduhan batil."

Berdoa dan berlindung kita kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk menghindari perbuatan fitnah dan terhindar dari berbagai macam fitnah.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Artinya: "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah al-masikh ad-Dajjal" (Hadits riwayat Imam Muslim dari Anas dan Abu Hurairah).

EVALUASI

Bagaimana cara tabayyun sebagai muslim. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan baca keterangan di atas

KESIMPULAN

Peserta didik diharapkan mampu memahami tabayyun dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU KELAS 8A DAN 8 B PERTEMUAN KE 3

 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 3)

JUDUL

HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Rabu / 27 Maret 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 8 (Delapan ) A dan B

Guru Pengampu : Achmad Rifki, S.Ag

Waktu                  : 3 Jam Pelajaran

KD

Memahami Ayat Al-Quran dan hadist terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada orang tuadan guru

Memahami manfaat yang ditimbulkan oleh sikap gemar beramal saleh dan berbaik sangka kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Melalui pendekatan tertulis pada blog, tayangan video LCD dan penjelasan guru maka siswa-siswi akan dapat mengerti Memahami Ayat Al-Quran dan hadist terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada orang tua dan guru serta Memahami manfaat yang ditimbulkan oleh sikap gemar beramal saleh dan berbaik sangka kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari

APERSEPSI

Pada pertemuan sebelumnya peserta didik bersama-sama dengan guru menggali Ayat Al-Quran dan hadist terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada orang tua

MATERI

Dalil Berbakti kepada Orang Tua dalam Ayat-Ayat Al Quran dan Hadits

alil berbakti kepada orang tua terdapat dalam ayat-ayat Al Quran dan di banyak hadis. Islam mengajarkan umatnya untuk hormat dan patuh pada orang tua. Taat dan berbakti pada orang tua itu merupakan salah satu akhlak mulia di sisi Allah SWT.

Perintah berbakti kepada orang tua atau birrul walidain merupakan ajaran penting dalam Islam.

Terdapat beberapa hikmah bersikap hormat dan patuh pada orang tua yang merupakan amal ibadah yang mulia di sisi Allah SWT. Di dunia, ganjaran bakti pada kedua orang tua adalah keluasan rezeki dan dipanjangkan umur anak tersebut. Di akhirat, ganjaran bakti pada kedua orang tua dapat menjadikan anak dimasukkan ke surga oleh Allah SWT.

1. Dalil Berbakti kepada Orang Tua dalam Surat Al-Isra' ayat 23

Di dalam Al Quran, perintah untuk hormat dan patuh pada orang tua ditempatkan di bawah iman kepada Allah SWT,

2. Dalil Menghormati dan tidak membentak Orang Tua dalam Surat Al-Isra’ : 23-24

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS Al-Isra' : 23).

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS Al-Isra : 24).

3. Dalil Berbuat baik pada orang tua dalam Surat An-Nisa’ : 36

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS An-Nisa' : 36).

4. Dalil Berbuat baik pada orang tua walau bukan muslim dalam Surat Lukman : 14-15

 

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS Lukman : 14)

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Lukman : 15)

5. Dalil Berbuat baik pada orang tua dan tidak mempersekutukan Allah dalam Surat Al-An’am : 151

قُلۡ تَعَالَوۡا اَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡ‌ اَلَّا تُشۡرِكُوۡا بِهٖ شَيۡـًٔـــا وَّبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا‌ ۚ وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَوۡلَادَكُمۡ مِّنۡ اِمۡلَاقٍ‌ؕ نَحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَاِيَّاهُمۡ‌ ۚ وَلَا تَقۡرَبُوا الۡفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ‌ ۚ وَلَا تَقۡتُلُوا النَّفۡسَ الَّتِىۡ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالۡحَـقِّ‌ ؕ ذٰ لِكُمۡ وَصّٰٮكُمۡ بِهٖ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ

Artinya: "Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)."

6. Dalil Hadits Berbakti kepada Orangtua dari Hadis Bukhari dan Muslim

Kedudukan ibu 3 kali lebih mulia

Artinya: "Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Merawat orang tua sama dengan jihad

Merawat orang tua adalah hal yang tidak mudah karena membutuhkan kesabaran tinggi, sehingga Rasulullah Muhammad SAW menyebut keutamaannya seperti jihad. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim, Abdullah bin Umar mengatakan ada seorang pria datang kepada Rasulullah. Dia meminta izin untuk pergi jihad. Lalu Rasulullah bertanya “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Pria itu menjawab “Ya.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Maka kepada keduanya itulah kamu berjihad.”

Celaka jika tidak berbuat baik pada orang tua

Sebuah hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga,” (HR Muslim).

Dalil Mendoakan Kedua Orangtua

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Abu Usaid, ia berkata:

Suatu ketika saya sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari sahabat Ansar mengunjungi nabi. Ia kemudian bertanya: ‘Ya Rasullah, apakah saya bisa berbaik budi kepada kedua orang tua saya yang sudah meninggal?’ Rasullah lalu menjawab:

Iya, ada empat hal, yaitu (1) mendoakan mereka, (2) memohonkan ampunan untuk keduanya, (3) menunaikan janji mereka dan memuliakan teman mereka, dan (4) menjalin silaturahim dengan orang-orang yang tidak akan menjadi saudaramu, kecuali melalui perantara ayah-ibumu. Itulah budi baik yang harus kamu lakukan setelah mereka meninggal’,” (H.R. Ahmad).

Dalil tentang Ridha Orang Tua

Rasulullah SAW juga bersabda: “Riḍha Allah terletak pada riḍa orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua,” (H.R. Baihaqi).

EVALUASI

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami

TUGAS :

Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan

PAI KELAS 7A dan 7D MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN Pertemuan Ke 2

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 2)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Senin / 25 Maret 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                   : 7 (Tujuh) A dan  D

Fase                    : D

Elemen Mapel    : Aqidah dan Akhlaq

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Melalui pembelajaran inquiry, peserta didik dapat peserta didik dapat menelaah perbedaan antara konten gibah dengan kritik.

APERSEPSI

Pada materi sebelumnya peserta didik sudah diarahkan dan dianggap sudah mampu memahami Tanda Kekuasaan Allah SWT yang berkaitan dan hubungannya dengan Menghindari Gibah Dan Melaksanakan Tabayun dalam menjalani kehidupan

JUDUL PEMBAHASAN

MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Peserta didik dapat menghubungkan Menghindari Gibah Dan menelaah perbedaan antara gibah dengan kritik

MATERI

Penjelasan Ghibah dan Kritik, Dua Istilah yang Berbeda

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang pasti akan terlibat dalam percakapan yang melibatkan pendapat atau penilaian terhadap orang lain. Dua istilah yang sering muncul dalam konteks ini adalah ghibah dan kritik.

Meskipun keduanya melibatkan penilaian terhadap orang lain, perlu diketahui bahwa ghibah dan kritik merupakan dua istilah yang berbeda. Ghibah merupakan sebuah gunjingan, sedangkan kritik adalah sebuah komentar.

Agar mengetahui perbedaan ghibah dan kritik lebih lanjut, maka hendaknya memahami pengertian ghibah dan kritik. Berikut pengertian serta perbedaan ghibah dan kritik dalam Islam.

Pengertian Ghibah

Dirangkum dari buku Akhlak Keagamaan Rofa'ah, ghibah atau menggunjing merupakan perilaku membicarakan sesuatu kepada orang lain. Jika orang yang dibicarakan tersebut mendengarnya, maka ia tidak akan merasa senang.

Islam menghimbau umatnya agar menghindari perbuatan ghibah. Allah SWT telah mengumpamakan pelaku ghibah dengan sesuatu yang sangat menjijikkan. Termaktub dalam surah Al-Hujurat ayat 12, Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(Q.S. al- Ḥujurāt/49: 12)

Sudah seharusnya seorang muslim menghindari ghibah. Sebab ghibah tidak memiliki manfaat.

Jika ada suatu kesalahan pada seseorang, maka lebih baik menegur dan mengingatkannya dengan baik. Ghibah juga tidak akan membawa kebaikan dan akan cenderung menyakiti orang yang di ghibah.

Pengertian Kritik

Merangkum buku Kalo Sensi Jangan Baca Buku Ini oleh Cahyo Satria Wijaya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik adalah tanggapan dan/atau kecaman terhadap apa saja. Kritik ditujukan kepada celah keburukan, sehingga banyak orang yang tidak tahan dengan kritikan.

Namun, jika seseorang yang dikritik menerima kritikan tersebut dan menjadikan kritikan tersebut menjadi bahan evaluasi, maka kritik bisa bermakna positif. Sedangkan jika yang dikritik tidak menerimanya, maka kritik tersebut bermakna negatif.

Dalam Islam, mencari kesalahan atau keburukan orang lain sebenarnya tidak diperbolehkan. Namun, terkadang kritik dibutuhkan untuk membangun kualitas diri.

Perbedaan Ghibah dan Kritik

Ghibah dan kritik merupakan dua istilah yang berbeda. Dirangkum dari sumber sebelumnya dan buku Belajar dari Akhlaq Ustadz Salafi oleh Abduh Zulfidar Akaha, berikut beberapa perbedaan ghibah dan kritik, Ghibah menyebutkan kekurangan atau kelemahan atau aib seseorang yang tidak ditujukan kepada yang bersangkutan, melainkan kepada orang ketiga, dimana jika yang bersangkutan mendengarnya dia tidak akan suka.

Sedangkan kritik ditujukan kepada orangnya langsung, baik secara lisan atau melalui media lain seperti buku, majalah, atau koran. Kritik merupakan bentuk lain dari nasehat.

- Kritik

ditujukan kepada orang yang masih hidup. Jadi yang dikritik pun mengetahui kesalahannya dan diharapkan ia menyadari dan memperbaiki kesalahan pada dirinya.

- Ghibah

disampaikan dengan membicarakan orang lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Sedangkan kritik disampaikan langsung di depan orang yang bersangkutan.

Ghibah merupakan keinginan untuk membinasakan orang lain, sedangkan kritik dapat bertujuan untuk memberikan evaluasi pada diri seseorang.

EVALUASI

Apa perbedaan antara gibah dengan kritik kita sebagai muslim harus membedakannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan baca keterangan di atas

KESIMPULAN

Peserta didik diharapkan mampu memahami perbedaan antara gibah dengan kritik dalam menjalani kehidupan.

PAI KELAS 8A dan 8B Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru Pertemuan ke 2 dan 3

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 2 dan 3)

JUDUL

HORMAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Rabu / 20 Maret 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 8 (Delapan ) A dan B

Guru Pengampu : Achmad Rifki, S.Ag

Waktu                  : 3 Jam Pelajaran

KD

Memahami Ayat Al-Quran dan hadist terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada orang tuadan guru

Memahami manfaat yang ditimbulkan oleh sikap gemar beramal saleh dan berbaik sangka kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Melalui pendekatan tertulis pada blog, tayangan video LCD dan penjelasan guru maka siswa-siswi akan dapat mengerti Memahami Ayat Al-Quran dan hadist terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada orang tua dan guru serta Memahami manfaat yang ditimbulkan oleh sikap gemar beramal saleh dan berbaik sangka kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari

APERSEPSI

Pada pertemuan sebelumnya peserta didik bersama-sama dengan guru menggali Ayat Al-Quran dan hadist terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada orang tua

MATERI

Dalil Berbakti kepada Orang Tua dalam Ayat-Ayat Al Quran dan Hadits

alil berbakti kepada orang tua terdapat dalam ayat-ayat Al Quran dan di banyak hadis. Islam mengajarkan umatnya untuk hormat dan patuh pada orang tua. Taat dan berbakti pada orang tua itu merupakan salah satu akhlak mulia di sisi Allah SWT.

Perintah berbakti kepada orang tua atau birrul walidain merupakan ajaran penting dalam Islam.

Terdapat beberapa hikmah bersikap hormat dan patuh pada orang tua yang merupakan amal ibadah yang mulia di sisi Allah SWT. Di dunia, ganjaran bakti pada kedua orang tua adalah keluasan rezeki dan dipanjangkan umur anak tersebut. Di akhirat, ganjaran bakti pada kedua orang tua dapat menjadikan anak dimasukkan ke surga oleh Allah SWT.

1. Dalil Berbakti kepada Orang Tua dalam Surat Al-Isra' ayat 23

Di dalam Al Quran, perintah untuk hormat dan patuh pada orang tua ditempatkan di bawah iman kepada Allah SWT,

2. Dalil Menghormati dan tidak membentak Orang Tua dalam Surat Al-Isra’ : 23-24

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS Al-Isra' : 23).

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS Al-Isra : 24).

3. Dalil Berbuat baik pada orang tua dalam Surat An-Nisa’ : 36

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS An-Nisa' : 36).

4. Dalil Berbuat baik pada orang tua walau bukan muslim dalam Surat Lukman : 14-15

 

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS Lukman : 14)

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Lukman : 15)

5. Dalil Berbuat baik pada orang tua dan tidak mempersekutukan Allah dalam Surat Al-An’am : 151

قُلۡ تَعَالَوۡا اَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡ‌ اَلَّا تُشۡرِكُوۡا بِهٖ شَيۡـًٔـــا وَّبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا‌ ۚ وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَوۡلَادَكُمۡ مِّنۡ اِمۡلَاقٍ‌ؕ نَحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَاِيَّاهُمۡ‌ ۚ وَلَا تَقۡرَبُوا الۡفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ‌ ۚ وَلَا تَقۡتُلُوا النَّفۡسَ الَّتِىۡ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالۡحَـقِّ‌ ؕ ذٰ لِكُمۡ وَصّٰٮكُمۡ بِهٖ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ

Artinya: "Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)."

6. Dalil Hadits Berbakti kepada Orangtua dari Hadis Bukhari dan Muslim

Kedudukan ibu 3 kali lebih mulia

Artinya: "Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Merawat orang tua sama dengan jihad

Merawat orang tua adalah hal yang tidak mudah karena membutuhkan kesabaran tinggi, sehingga Rasulullah Muhammad SAW menyebut keutamaannya seperti jihad. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim, Abdullah bin Umar mengatakan ada seorang pria datang kepada Rasulullah. Dia meminta izin untuk pergi jihad. Lalu Rasulullah bertanya “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Pria itu menjawab “Ya.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Maka kepada keduanya itulah kamu berjihad.”

Celaka jika tidak berbuat baik pada orang tua

Sebuah hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga,” (HR Muslim).

Dalil Mendoakan Kedua Orangtua

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Abu Usaid, ia berkata:

Suatu ketika saya sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari sahabat Ansar mengunjungi nabi. Ia kemudian bertanya: ‘Ya Rasullah, apakah saya bisa berbaik budi kepada kedua orang tua saya yang sudah meninggal?’ Rasullah lalu menjawab:

Iya, ada empat hal, yaitu (1) mendoakan mereka, (2) memohonkan ampunan untuk keduanya, (3) menunaikan janji mereka dan memuliakan teman mereka, dan (4) menjalin silaturahim dengan orang-orang yang tidak akan menjadi saudaramu, kecuali melalui perantara ayah-ibumu. Itulah budi baik yang harus kamu lakukan setelah mereka meninggal’,” (H.R. Ahmad).

Dalil tentang Ridha Orang Tua

Rasulullah SAW juga bersabda: “Riḍha Allah terletak pada riḍa orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua,” (H.R. Baihaqi).

EVALUASI

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami

TUGAS :

Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan

PAI KELAS 7B dan 7C MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN Pertemuan Ke 1

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 1)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Selasa / 19 Maret 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 7 (Tujuh) B dan  C

Fase                   : D

Elemen Mapel    : Aqidah dan Akhlaq

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Melalui pembelajaran inquiry, peserta didik dapat mendeskripsikan pesan Islam untuk harmonisasi sosial gan menghindari gibah dan menumbuhkan sikap tabayun dengan benar.

APERSEPSI

Pada materi sebelumnya peserta didik sudah diarahkan dan dianggap sudah mampu memahami Tanda Kekuasaan Allah SWT yang berkaitan dan hubungannya dengan Menghindari Gibah Dan Melaksanakan Tabayun dalam menjalani kehidupan

JUDUL PEMBAHASAN

MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Peserta didik dapat menghubungkan fungsi Tanda Kekuasaan Allah SWT dengan Menghindari Gibah Dan Melaksanakan Tabayun dalam aktivitas kehidupan

MATERI

Gibah

Gibah berarti menggunjing, membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain. Pada gibah, terdapat pembicaraan mengenai kejelekan atau aib orang lain dan apabila dia tahu, dia tidak menyukainya.

Islam melarang umatnya untuk gibah karena diibaratkan seperti orang yang memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati, sesuai dengan firman Allah padaberikut ini:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(Q.S. al- Ḥujurāt/49: 12)

Karena Allah telah melarang manusia untuk melakukan gibah, jelas hukum melakukan gibah adalah dosa

Lalu kenapa orang-orang masih melakukan gibah? Ada beberapa alasan mengapa bisa terjadi gibah, antara lain:

Membicarakan keburukan orang lain dengan keinginan mengangkat derajat dirinya sendiri.

Sikap iri terhadap keberhasilan dan kesuksesan orang lain

Sikap egois yang cenderung merendahkan orang lain

Balas dendam terhadap orang lain atas perilaku terhadap dirinya

Amarah yang tidak terkendali

Bercanda tanpa disadari dengan merendahkan orang lain

Lalu bagaimana cara menghindari gibah? Berikut caranya:

Berkumpul dengan orang-orang yang saleh

Menyadari diri bahwa Allah SWT. membenci seseorang yang menggunjing

Berintrospeksi diri dengan melihat aib diri sendiri dan selalu berusaha memperbaikinya

Menjaga lisan

Berfikir positif

Memohon perlindungan kepada Allah Swt dengan berdoa

Tabayun

Secara bahasa, tabayun berarti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaannya.

Adapun menurut istilah, tabayun adalah proses yang dilakukan untuk meneliti dan menyeleksi berita, dengan sikap tidak tergesa-gesa dalam memutuskan, sehingga permasalahan menjadi jelas dan benar. Perintah untuk tabayun ada dalam Q.S. al-Hujurat ayat 6 berikut ini

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR  

Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. al- Ḥujurāt/49: 6)

Tabayun saat ini merupakan tantangan tersendiri apalagi di era modern. Sosial media menjadi “sarang” berita hoax yang sangat mudah mempengaruhi kita.

Berikut ini ada beberapa dampak negatif yang dibawa dari sosial media:

Kebebasan informasi yang cenderung negatif, seperti hoax dan pornografi

Sikap sosial yang melemah

Kelalaian dalam kewajiban agama

Jadi bagaimana agar kita bisa bertabayun dalam menggunakan sosial media? Berikut caranya:

Hati-hati dengan judul provokatif

Cermati alamat situs

Periksa fakta

Cek keaslian foto

Ikut serta grup diskusi anti-hoax

Hikmah Tabayun

Ada beberapa hikmah dalam melakukan tabayun, yaitu:

Berhati-hati dalam menerima berita

Menghargai orang lain sehingga tidak terjadi kesalahpahaman

Berbaik sangka terhadap sesama sehingga dapat menimbulkan kerukunan dan kedamainan

Persatuan dan kesatuan dapat terjaga dengan baik

Menciptakan kerukunan dan kedamaian di masyarakat

EVALUASI

Apa fungsi tabayun, apakah kita sebagai muslim harus melakukannya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan baca keterangan di atas

KESIMPULAN

Peserta didik diharapkan mampu Mampu memahami Definisi Menghindari Gibah Dan Melaksanakan Tabayun dalam menjalani kehidupan, Berikut penjabarannya.