PAI KELAS 7A dan 7D MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN Pertemuan Ke 3

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 3)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Senin / 01 April 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 7 (Tujuh) A dan  D

Fase                   : D

Elemen Mapel    : Aqidah dan Akhlaq

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Melalui pembelajaran inquiry, peserta didik dapat menyusun review konten di media sosial dengan benar tentang Ghibah dan Kritik dan mengerti tentang Tabayun dalam menjalani kehidupan

APERSEPSI

Pada materi sebelumnya peserta didik sudah diarahkan dan dianggap sudah mampu memahami perbedaan Gibah Dan Kritik serta melaksanakan Tabayun dalam menjalani kehidupan

JUDUL PEMBAHASAN

MENGHINDARI GIBAH DAN MELAKSANAKAN TABAYUN

TUJUAN PEMBELAJARAN :

peserta didik dapat mereview konten di media sosial dengan benar tentang Ghibah dan Kritik

MATERI

TABAYYUN YANG SERING DILUPAKAN

abayyun adalah salah satu ajaran Islam yang sudah dikenalkan sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam dunia modern seperti saat ini tabayyun bisa diartikan sebagai cek dan ricek atas sebuah kabar yang beredar. Ironinya kini banyak umat Islam yang justru melupakan pentingnya tabayyun.

Tak jarang, demi ingin disebut sebagai pihak pertama yang memberikan informasi, seseorang dengan gampangnya membagikan kabar tanpa tabayyun atau melakukan cek dan ricek tentang kebenarannya. Kabar dengan cepat menyebar dari satu WhatsApp Group ke WA Group lainnya, juga kadang hingga di berbagai media sosial.

Puluhan bahkan mungkin ratusan orang dengan cepat mendapatkan informasi tersebut. Jika informasi yang disebar adalah sebuah kebenaran, tentu tak jadi soal. Bakal menjadi masalah ketika informasi tersebut tidak benar dan bahkan cenderung ke arah fitnah, akibatnya bisa sangat fatal.

ering kita mendengar sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Ini bukan sekadar ungkapan, tetapi ada dalilnya yakni firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 191

وَٱلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلْقَتْلِ

"Fitnah itu bahayanya lebih besar dari pembunuhan."

Begitu bahayanya fitnah tentu membuat kita umat Islam harus lebih hati-hati jika ingin menyebar sebuah informasi di media sosial, WhatsApp Group atau perangkat teknologi yang lain. Kini bukan lagi sekadar jaga mulut, karena mulutmu adalah harimaumu tetapi juga tahan jempolmu, sebab jika sembrono bisa membahayakanmu.

Di zaman teknologi modern seperti saat ini, tabayyun bukan suatu perkara yang sulit. Kuncinya terletak pada kemauan kita umat Islam untuk melakukan cek dan ricek akan sebuah informasi. Dan perlu diingat bahwa tabayyun adalah perintah Allah SWT dalam Al Quran di surat Al Hujarat ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Di dalam tafsir Al-Mukhtashar disebutkan melalui surat Al Hujarat ayat 6 Allah SWT memperingatkan orang-orang beriman dari kabar yang dibawa oleh orang fasik. Seorang yang beriman harus memastikan kebenaran kabar itu sebelum mempercayai dan menyebarkannya. Tujuannya agar kabar ini tidak menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan zalim terhadap orang yang tidak bersalah, sehingga mereka menjadi menyesal karena sifat terburu-buru.

Ada sebuah cerita di masa Rasulullah SAW. Ketika itu seorang bernama Abdullah bin Ubay menyebarkan fitnah atas diri Aisyah RA istri Rasulullah SAW. Dengan cepat rumor tentang Aisyah itu beredar di kalangan penduduk Madinah dan meresahkan Rasulullah SAW serta para sahabat.

Disebutkan dalam sejumlah riwayat, Rasulullah SAW pun sempat bimbang dengan adanya rumor tersebut. Hingga akhirnya sebulan setelah rumor beredar, Allah SWT menunjukkan kebenaran untuk membantah fitnah Abdullah bin Ubay atas diri Aisyah istri Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat An Nur ayat 12

لَّوْلَآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا۟ هَٰذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ

Artinya: Mengapa di saat kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".

Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah disebutkan bahwa semestinya orang-orang beriman ketika mendengar ucapan para pembawa berita bohong itu hendaklah mengukur hal itu pada diri mereka sendiri. Apabila hal itu tidak mungkin terjadi pada mereka, sudah barang tentu mustahil lagi terjadi pada Aisyah RA sang Ummul Mukminin.

Disebutkan dalam sebuah riwayat, Abu Ayyub al-Anshari pernah ditanya istrinya tentang rumor mengenai Aisyah RA. "Apakah kamu telah mendengar apa yang dikatakan orang-orang tentang 'Aisyah?" tanya istri Abu Ayyub.

Abu Ayyub pun menjawab, "Ya, aku telah mendengarnya, dan itu adalah berita bohong. Apakah mungkin kamu akan melakukan hal seperti itu hai Ummu Ayyub?"

Istri Abu Ayyub menjawab, "demi Allah, itu tidak mungkin aku lakukan."

Abu Ayyub berkata, "demi Allah, sungguh Aisyah lebih baik dan lebih suci darimu, itu semua hanyalah kebohongan dan tuduhan batil."

Berdoa dan berlindung kita kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk menghindari perbuatan fitnah dan terhindar dari berbagai macam fitnah.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Artinya: "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah al-masikh ad-Dajjal" (Hadits riwayat Imam Muslim dari Anas dan Abu Hurairah).

EVALUASI

Bagaimana cara tabayyun sebagai muslim. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan baca keterangan di atas

KESIMPULAN

Peserta didik diharapkan mampu memahami tabayyun dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar: