Kebudayaan Islam di
Nusantara
PERTEMUAN KE 2
(Materi disampaikan di
kelas 9 A-H SMP Al-Azhar 3 Bandarlampung pada hari senin hingga jum'at tanggal
02-06 Maret 2020)
Indonesia merupakan salah satu Negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Keberhasilan penyebaran Islam di Nusantara
tidak dapat dipisahkan dari peranan wali sanga. Ketika menyiarkan Islam para
wali sanga menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat setempat
dengan cara menyisipkan nilai-nilai islam ke dalam kesenian tersebut. Upaya
para wali sanga tersebut diterima baik oleh masyarakat, mereka tidak merasa
asing karena budaya asli mereka tidak dihapus. Lambat laun seni budaya local
tersebut berubah menjadi seni budaya local yang bernuansa Islam.
· Pengertian Seni Budaya
Lokal Sebagai Tradisi Islam
Makna dari seni budaya local sebagai
tradisi Islam adalah semua budaya yang berada dn berkembang di wilayah
Indonesia yang dijadikan tradisi Islam karena sudah dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran Islam. Seni budaya local yang sudah dipengaruhi ajaran
Islam banyak jenisnya ada yang berupa kesenian, upacara adat dan seni bangunan.
Ketiga kelompok tersebut menggambarkan suatu budaya yang menjadi cirri khas
dari setiap budaya mereka.
· Budaya
Lokal sebagai Tradisi Islam
Perlu difahami bahwa adanya penggabungan
antara budaya local dengan ajaran Islam bukan berarti ajaran Islam yang
dipengaruhi budaya local, tetapi justru budaya local yang dipengaruhi ajaran
Islam, sehingga yang tadinya tidak ada unsur-unsur Islam dalam budaya tersebut
menjadi bernafaskan Islam.
· Kesenian
Kesenian merupakan kebudayaan yang banyak
terdapat di Indonesia. Oleh karena itu, kesenian juga disisipkan ajaran Islam.
Bahkan kesenian tradisi Islam murni dapat dijadikan kesenian baru yang diterima
masyarakat sebagai budaya local.
Beberapa kesenian local berhasil diubah
menjadi kesenian Islami oleh Wali Sanga. Dengan kepandai mereka kesenian local
dijadikan sebagai media dakwah sehingga budaya local yang dahulunya menyimpang
menjadi benar menurut ajaran Islam. Kesenian-kesenian local yang bernuansa Islam
atau yang menjadi bernuansa Islam diantaranya adalah:
1. Wayang
Kesenian wayang di nusantara merupakan
hasil karya Sunan kalijaga, wayang dimanfaatkan beliau sebagai media dakwah.
Dengan wayang sunan kalijaga berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Beliau
banyak menciptakan cerita pewayangan yang bernuansa Islam, misalnya cerita yang
berjudul Jamus Kalimusada, Wahyu Tohjali, Wahyu Purboningrat, dan Babat Alas
Wonomarto.
Pada masa itu setiap akan diadakan pentas
atau pergelaran wayang, terlebih dahulu sunan kalijaga memberikan wejangan atau
nasihat keislaman. Kemudian mereka diajak mengucapkan dua kalimah syahadat,
dengan demikian mereka sudah menyatakan masuk Islam.
2. Hadrah dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW
Hadrah adalah salah satu jenis alat musik
yang bernafaskan Islam. Seni suara yang diiringi dengan rebana (perkusi dari
kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu
yang bernuansakan Islami yaitu tentang pujian kepada Allah swt dan sanjungan
kepada Nabi Muhammad saw. Dalam menyelenggarakan pesta musik yang diiringi
rebana ini juga menampilkan lagu cinta, nasehat dan sejarah-sejarah kenabian.
Sampai sekarang kesenian hadrah masih eksis berkembang di masyarakat. Pada
zaman sekarang kesenian hadrah biasanya hadir ketika acara pernikahan, akikahan
atau sunatan. Bahkan kesenian hadrah ini dijadikan lomba antar pondok pesantren
atau antar madrasah.
3. Qasidah
Qasidah artinya suatu jenis seni suara
yang menamilkan nasehat-nasehat keislaman. Dalam lagu dan syairnya banyak
mengandung dakwah Islamiyah yang berupa nasehat-nasehat, shalawat kepada Nabi
dan do’a-do’a. Biasanya qasidah diiringi dengan musik rebana. Kejadian pertama
kali menggunakan musik rebana adalah ketika Rasulullah saw disambut dengan
meriah di Madinah.
4. Kesenian Debus
Kesenian debus difungsikan sebagai alat
untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Oleh karena
itu, debus merupakn seni bela diri untuk memupuk rasa percaya diri dalam
menghadapi musuh.
Pengertian lain dari debus adalah gedebus
atau almadad yaitu nama sebuah benda tajam yang digunakan untuk pertunjukan
kekebalan tubuh. Benda ini terbuat dari besi dan digunakan untuk melukai diri
sendiri. Karena itu kata debus juga diartikan dengan tidak tembus. Filosofi
dari kesenian ini adalah kepasrahan kepada Allah swt yang menyebabkan mereka
memiliki kekuatan untuk menghadapi bahaya, seperti yang dilambangkan dengan
benda tajam dan panas.
5. Suluk
Suluk adalah tulisan dalam bahasa jawa
dengan huruf jawa maupun huruf arab yang berisikan pandangan hidup
masyarakat jawa. Suluk berisi ajaran kebatinan masyarakat jawa yang berpegang
teguh pada tradisi jawa dan unsur-unsur Islam.
Suluk sewelasan tergolong ritual yang
sudah langka dalam tradisi budaya Islam di Jawa. Berbagai bentuk seni budaya
Islam yang berkembang di Jawa tak terdapat di Arab sana Tradisi yang dibawa
dari Persia ini untuk memperingati hari lahir Syekh Abdul Qadir Jaelani, tokoh
sufi dari Baghdad, Irak, yang jatuh pada tanggal 11 (sewelas). Suluk dalam
bahasa Jawa dan Arab, terdiri dari salawat dan zikir—zikir zahir (fisik) dan
zikir sirri (batin). Ketika zikir mereka terdengar mirip dengungan, orang-orang
itu seperti ekstase. Jari tangan tak henti memetik butir tasbih. Ketika jari
berhenti, zikir dilanjutkan di dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan”
dengan Yang Maha Esa. Lewat suluk ini akan mempertebal keyakinan kepada Allah
swt.
6. Marawis
Marawis adalah salah satu jenis “band
tepuk” dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Musik ini merupakan
kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki unsur
keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan
yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta. Jenis musik ini
dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan ulama yang berasal dari Yaman
beberapa abad yang lalu. Disebut Marawis karena musik dan tarian ini
menggunakan alat musik khas mirip kendang yang disebut Marawis. Alat musik
tetabuhan lainnya yang digunakan adalah hajir atau gendang besar, dumbuk
(sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang), tamborin, dan ditambah lagi
dua potong kayu bulat berdiameter sekira 10 cm.
Dalam seni marawis terdapat tiga nada yang
berbeda, yakni zafin, sarah, dan zaife. Zafin merupakan nada yang sering
digunakan untuk lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad saw. Tempo nada yang satu
ini lebih lambat dan tidak terlalu mengentak.
Kini, zafin tak hanya digunakan untuk
mengiringi lagu-lagu pujian, tapi juga digunakan untuk mendendangkan lagu-lagu
Melayu. Sedangkan, nada sarah dan zaife digunakan untuk irama yang mengentak
dan membangkitkan semangat.
7. Tari Zapin
Tari Zapin adalah sebuah tarian yang
mengiringi musik qasidah, gambus, dan marawsi. Tari Zapin diperagakan dengan
gerak tubuh yang indah dan lincah. Musik yang mengiringinya berirama padang
pasir atau daerah Timur Tengah. Tari Zapin biasa dipentaskan pada upacara atau
perayaan tertentu misalnya : khitanan, pernikahan dan peringatan hari besar
Islam lainnya. Para penari yang semuanya laki-laki menari berpasangan dengan
mengenakan sarung, kemeja, dan kopiah hitam.
8. Upacara Adat
Pada masa penyebaran Islam di nusantara
banyak dijumpai upacara-upacara pemujaan. Upacara tersebut berupa pemujaan
kepada roh nenek moyang dan terhadap benda-benda pusaka yang dianggap memiliki
kekuatan. Dengan datangnya ajaran Islam banyak diantara upacara-upacara
tersebut yang disisipi ajaran Islam.
Diantara upacara-upacara yang sudah
dimasuki ajaran Islam adah :
· Pernikahan (upacara
saweran diisi dengan nasihat perkawinan yang islami, dll)
· Kematian (talkin dan
tahlilan)
· Mauludan, yaitu
peringatan lahirnya Rasulullah
· Grebek, yaitu upacara
mengiringi para raja atau pembesar
· Sekatenan, yaitu hamper
sama dengan mauludan dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul awal
· Pesta tabuik, yaitu
peringatan meninggalnya cucu nabi Muhammad.
· Selikuran, upacara yang
diadakan setiap bulan ramadlan di malam-malam ganjil mulai tanggal 21 ramadlan
· Megangan, yaitu upacara
menyambut datangnya bulan suci ramadlan
9. Seni Bangunan
Diantara seni bangunan yang
merupakan seni budaya tradisi Islam bisa dilihat pada arsitektur mesjid, makam
para raja dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya.
10. Kesempurnaan Ajaran Islam
Keberadaan tradisi-tradisi/adat yang
diwarnai ajaran Islam di Bumi Nusantara menunjukkan keberhasilan dakwah Islam
di Nusantara. Namun, yang perlu diingat bahwa tradisi/budaya tersebut hanyalah
merupakan alat/metode dakwah, bukanlah tujuan akhir. Sehingga bukanlah harga
mati dan masih bisa menerima perubahan. Karena tujuan dakwah para da’i dan Wali
Songo yang sebenarnya adalah untuk menerapkan ajaran Islam secara murni dan
kaffah, karena Islam adalah ajaran yang sempurna. Allah SWT berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu dan telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maaidah [5]: 3)
Oleh karena itu, Islam tidak memerlukan
penambahan apalagi pengurangan ajarannya. Karena hal yang demikian dilarang
oleh Rasulullah SAW sebagaimana sabdanya:
عَنْ
أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ:
قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ
مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
(رواه البخاري ومسلم)
وفي
رواية لمسلم: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Ummul mukminin, ummu Abdillah, Aisyah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa
yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami,
maka dia tertolak”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa
melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”
Jadi, jika ada ajaran Islam dan
adat/tradisi yang saling bertentangan maka tentunya kita harus memilih dan
memegang erat ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah yang akan
menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Tidak boleh menjadikan tradisi/adat
sebagai ibadah yang tidak ada contohnya serta tidak boleh pula bersikap fanatik
buta (ikut-ikutan tanpa ilmunya) kepada tradisi/peninggalan nenek moyang.
Namun, dalam menyikapi keberagaman dan
perbedaan yang ada terkait dengan tradisi/adat di Nusantara maka sebagai muslim
tentunya harus bersifat dan bersikap tasamuh (toleransi) selama tidak
melanggar/merusak masalah aqidah. Karena apabila ada tradisi/adat yang tidak
sesuai dengan aqidah Islam maka kita harus tegas menjauhinya dan mengingatkan
orang lain agar tidak terperosok ke dalam kemusyrikan, seperti: Upacara
Laut/Pesta Nelayan yang mengadakan sesajian untuk Nyi Roro Kidul, dll.
Demikian, semoga bermanfaat.
20 komentar:
pak saya nabilla.zaizafun s kls 9f sudah baca
Assalamualaikum pak, saya GITA ARTHAJUNIA 9D sudah baca
Assalamualaikum pak sya della 9d sudah menavfa
Assalamualaikum pak saya zahwa natasya hamzah 9c sudah membaca
Kurnia dita 9b sudh membaca
Syifa ananda 9a
muhammad farhan 9a
citra 9a
Aufa 9A
Dzulfadhli 9b
deva lourentika 9a
Ade 9A
Alisya Melda Safitri 9b sudah baca
Hainun putri kencana 9f sdh baca
Helen Gista, 9A
Andrea Wijaya 9a
Dilla marcelyana 9c
Saya andin mezashika 9D sudah baca pak
Saya resya sabila 9d sudah baca pak
Posting Komentar