JUDUL
IMAN KEPADA NABI DAN
RASUL
IDENTITAS
Hari / Tanggal : Rabu
/ 28 Februari 2024
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : 8 (Delapan ) A dan B
Guru Pengampu : Achmad Rifki, S.Ag
Waktu :
3 Jam Pelajaran
KD
·
Menyebutkan nama dan
sifat-sifat Rasul Allah
·
Meneladani
sifat-sifat Rasulullah SAW
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Melalui pendekatan tertulis pada blog,
tayangan video LCD dan penjelasan guru maka siswa-siswi akan dapat mengerti
dampak negatif mengkonsumsi minuman keras, judi, dan pertengkaran
APERSEPSI
Pada pertemuan sebelumnya peserta
didik bersama-sama dengan guru menggali Iman Kepada Nabi Dan Rasul
MATERI
4 Sifat Wajib Rasul
serta Sifat Mustahil Rasul, dan Kisah Dibaliknya
Sifat wajib bagi Rasul ialah sifat
yang pasti dimiliki oleh para Rasul dan dapat ditunjukkan dalam kisah
keseharian mereka. Berikut, sifat-sifat wajib yang dimiliki oleh para rasul.
1. Siddiq
Siddiq mempunyai arti yaitu benar.
Maksudnya ialah tiap-tiap perkataan yang diucapkan atau disampaikan oleh rasul
sifatnya selalu benar. Baik benar dalam menyampaikan wahyu yang sumbernya dari
Allah SWT maupun benar dalam perkataan-perkataan yang memiliki hubungan dengan
persoalan dunia.
Siddiq menjadi salah satu sifat yang
wajib bagi para rasul ini juga telah dibenarkan di dalam Al-Qur’an. Salah
satunya yakni surah Maryam ayat 41,
وَاذْكُرْ
فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا
Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad)
kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang
sangat membenarkan, seorang Nabi,”
Kata Siddiq dalam konteks sifat khusus
yang dimiliki para rasul pun disinggung dalam surah Maryam ayat 50,
وَوَهَبْنَا
لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
Artinya: “Dan Kami
anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka
buah tutur yang baik dan mulia.”
Maka dari itulah, tidak mungkin bagi
para rasul untuk memiliki sifat sebagai pendusta.
2. Amanah
Sifat wajib bagi para rasul yang
selanjutnya yakni amanah yang artinya yaitu dapat dipercaya. Para rasul
senantiasa menjaga diri dari segala perbuatan dosa untuk menjaga kepercayaan
umat atas dirinya.
Bukti bahwa para rasul memiliki sifat
yang amanah ditunjukkan melalui surah An Nisa ayat 58,
۞
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ
نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”
Dengan demikian, mustahil bagi para
rasul untuk melakukan hal-hal yang khianat.
3. Tabligh
Tablig yaitu sifat wajib bagi para
rasul yang memiliki makna yakni menyampaikan wahyu. Dalam menjalankan tugas
kerasulannya, seorang rasul wajib menyampaikan wahyu yang harus diimani oleh
umat manusia.
Wahyu yang telah disampaikan oleh para
rasul tersebut dapat berupa pengetahuan, syariat, maupun pedoman, ataupun
risalah kenabian yang lain. Sekalipun wahyu yang disampaikannya tidak mudah maupun
bukan sesuatu yang menyenangkan, para rasul akan senantiasa menyampaikannya
tanpa mengurangi satu huruf pun sesuai dengan surah Al Maidah ayat 67,
۞
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ
لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya: Wahai Rasul!
Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan
(apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan
Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir.
Maka dari itu sifat mustahil bagi
rasul yakni kitman atau menyembunyikan. Tidak ada ajaran yang disembunyikan
atas alasan pribadi atau pun kepentingan yang lainnya.
4. Fatanah
Sifat wajib bagi para rasul yang
terakhir ialah fatanah yang artinya yaitu pandai, cerdas, dan bijaksana.
Sebagai utusan Allah SWT bagi umat manusia, para rasul mampu untuk memahami
berbagai permasalahan umat sekaligus memberikan jalan keluarnya.
Allah SWT memberikan kemampuan kepada
para rasul dalam menyampaikan ajaran di antara kaumnya. Termasuk ketika
berargumentasi menghadapi kaum yang menentang ajarannya seperti disinggung
dalam surah Al An’am ayat 83,
وَتِلْكَ
حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ
نَشَاءُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan itulah keterangan Kami
yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan
derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana, Maha
Mengetahui
SIFAT MUSTAHIL RASUL
Sifat mustahil bagi Rasul artinya
sifat yang tak mungkin ada dalam diri rasul. Karena, Rasul adalah manusia yang
dipilih oleh Allah yang dan diberikan tugas untuk menyampaikan seluruh
risalah-Nya untuk mengajak umat manusia beriman kepada Allah SWT. Sifat
mustahil bagi para rasul ini ada empat yakni kidzib, khianah, Kitman, dan juga
baladah. Berikut empat sifat mustahil bagi rasul yang perlu untuk diketahui:
1. Kidzib
Al-Kidzib artinya yakni berdusta.
Mustahil bagi rasul untuk melakukan dusta atau bohong. Semua perkataan dan juga
perbuatan rasul tidak pernah palsu dan mengada-ada. Hal ini telah ditegaskan
melalui surah an-Najm: 2-4, berikut ini:
مَا
ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ . وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ . إِنْ هُوَ
إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak
sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’ān)
menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’an) adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. an-Najm: 2-4)
2. Khianah
Khianah, artinya yaitu mustahil bagi
rasul untuk berkhianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti akan
dilaksanakan. Hal ini telah dijelaskan di dalam surat al-An’am ayat 106:
اتَّبِعْ
مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ
الْمُشْرِكِينَ
Artinya: “Ikutilah
apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. al-An’am: 106).
3, Kitman
Kitman, berarti mustahil jika rasul
menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang rasul terima dari Allah SWT pasti
akan disampaikan kepada para umatnya. Hal ini juga telah disebutkan dalam surat
al-An’am ayat 50:
قُلْ
لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا
أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Katakanlah
(Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan
kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku.
Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu
tidak memikirkan(nya).” (QS. al-An’am: 50)
4. Baladah
Baladah berarti mustahil apabila rasul
itu bodoh. Rasulullah memanglah merupakan orang yang ummi (tak dapat membaca
dan menulis) tetapi beliau diberikan anugerah kecerdasan yang luar biasa dari
Allah SWT.
KISAH RASUL
1. Sidiq
diriwayatkan Imam Tirmizi dari
Abdullah bin Hamsa bahwa beliau berkata :
“Aku pernah mengadakan transaksi jual
beli dengan Rasulullah sebelum dia diutus sebagai seorang Rasul. Lalu aku masih
membawa piutang beliau dan aku berjanji akan membayarnya di tempat yang sama,
namun aku lupa. Setelah tiga hari aku ingat, lalu aku datang ke tempat yang
telah saya janjikan dan ternyata beliau ada di situ,” katanya.
Nabi SAW bersabda, “Wahai anak muda,
engkau telah menyusahkan aku, aku di sini sejak tiga hari yang lalu untuk
menunggumu,” katanya.
Kejujuran dalam tiap-tiap perkataannya
bahkan telah dicontohkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, yaitu di masa
Nabi Ismail AS. Kisah ini diabadikan juga dalam Alquran surat Maryam ayat 54.
وَاذۡكُرۡ
فِى الۡـكِتٰبِ اِسۡمٰعِيۡلَ ۚاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الۡوَعۡدِ وَكَانَ رَسُوۡلًا
نَّبِيًّا
“Dan ceritakanlah
(hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang
rasul dan nabi.”
Menurut Tafsir Al-Wajiz dari tulisan
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih serta tafsir dari Suriah, ayat
ini menceritakan perihal Nabi Ismail bin Ibrahim yang jujur atas setiap
perkataannya.
Hal tersebut meliputi janjinya yang
dibuat bersama dengan Allah SAW kepada Nabi Ibrahim AS ketika berjanji kepada
dirinya sendiri untuk bersabar atas rencana penyembelihan dirinya yang akan
dilakukan oleh sang ayah, seperti dalam Ash-Shaffat:102
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ
اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ
سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka ketika anak itu sampai (pada
umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku!
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang
diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang yang sabar.”
Nabi Ismail AS memenuhi janjinya, dan
memberikan kemudahan bagi ayahnya untuk melakukan penyembelihan.
Sebuah musibah terberat yang menimpa
seseorang. Kemudian Allah memberikan sifat nubuwwah (kenabian) dan risalah
(kerasulan), yang adalah nikmat paling yang Allah berikan kepada hambaNya serta
menjadikannya sebagai insan yang berada pada tingkatan tertinggi dari para
makhluk.
2. Amanah
Saat dalam Perang Khaibar, Rasul SAW
serta pasukan muslim berada di dalam keadaan yang sangat sulit. Sedemikian
sulitnya, hingga mereka terpaksa harus memakan daging dari hewan yang dianggap
makruh untuk bertahan hidup. Demikianlah keadaan pasukan muslim pada saat itu.
Tatkala itu, seorang lelaki datang dan
menghadap Rasul SAW. Ia berkata, “Wahai Rasulullah! Aku adalah seorang Yahudi
dan mengembala adalah pekerjaanku. Aku sedang membawa domba-domba orang Yahudi
yang ingin aku kembalikan lagi kepada pemiliknya. Sekarang, aku ingin engkau
menjelaskan kepadaku tentang hakikat Islam. Sehingga aku bisa bangga menjadi
seorang Muslim.”
Rasul SAW kemudian memandangnya dengan
penuh rasa welas asih. Lalu, beliau mengajarkan mengenai Islam hingga dua
kalimat syahadat kepadanya.
Setelah memeluk agama Islam, lelaki
tersebut pergi dan tidak lama kemudian kembali lagi ke sisi Rasulullah dengan
membawa banyak domba.
“Wahai Rasulullah! Ini adalah
domba-domba orang-orang Yahudi yang sekarang sedang berperang denganmu.
Sekarang engkau dan pasukan Muslimin sedang kesulitan. Menurutku, ambillah
domba-domba ini sebagai harta rampasan perang, sehingga kesulitan ini dapat
teratasi.” jelasnya.
Rasul SAW lalu menatapnya dan
bersabda, “Wahai Fulan! Khianat dalam amanah merupakan sebuah dosa besar dalam
agama Islam. Sekarang kamu adalah seorang Muslim maka kamu harus menjalankan
ajaran Islam dan menjaga amanah adalah sesuatu yang wajib. Maka pergilah engkau
ke Benteng Khaibar dan kembalikanlah domba-domba ini kepada pemiliknya!”
3. Tabligh
Dalam sebuah hadis yang diriwayatka
oleh Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Aisyah RA pernah berkata: “Peristiwa
awal turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW adalah diawali dengan Ar-ru’yah
ash-shadiqah (mimpi yang benar) di dalam tidur. Tidaklah Beliau bermimpi,
kecuali yang Beliau lihat adalah sesuatu yang menyerupai belahan cahaya Shubuh.
Dan di dalam dirinya dimasukkan perasaan untuk selalu ingin menyendiri.”
Setelah mendapatkan mimpi itu,
Rasulullah SAW memutuskan untuk pergi ke Gua Hira untuk berdiam diri. Beliau
melakukan ibadah di dalam sana pada setiap malam selama hingga beberapa hari.
Hingga pada 17 Ramadhan, datanglah malaikat Jibril menemuinya.
Sebagaimana dikatakan oleh Aisyah RA,
malaikat Jibril datang ke Rasulullah sembari berkata “Iqra”. Kemudian
Rasulullah SAW menjawab “aku tidak bisa membaca”. Lalu, malaikat pun menarik
serta menutupi Rasulullah SAW hingga beliau merasa kesulitan.
Kemudian malaikat datang kembali
kepada Rasulullah SAW dan berkata “Iqra”. Dan beliau pun kembali menjawab “aku
tidak bisa membaca”. Kemudian malaikat menarik lagi dan mendekap Rasulullah SAW
hingga ketiga kalinya hingga beliau merasa kesulitan.
Kemudian malaikat Jibril menyuruh
beliau membaca surat Al-Alaq ayat 1-5:
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا
لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Setelah Rasulullah SAW berhasil
membaca bacaan surat tersebut dengan lancar, sang malaikat Jibril pun
meninggalkannya pergi. Kemudian Rasulullah SAW pulang dengan keadaan gelisah
dan menggigil seperti demam.
Setelah sampai di rumah, Rasululah SAW
meminta tolong Khadijah untuk menyelimutinya. Lalu, Rasulullah SAW menceritakan
apa yang telah dialaminya kepada Khadijah sembari berkata, “Wahai Khadijah, apa
yang terjadi denganku? Sungguh aku merasa khawatir atas diriku sendiri.”
Lalu, Khadijah menjawab, “Tidak,
bergembiralah engkau. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan
engkau. Sesungguhnya engkau selalu menyambung tali persaudaraan, selalu
menanggung orang yang kesusahan, selalu mengupayakan apa yang diperlukan,
selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran.”
ari peristiwa tersebut Nabi Muhamad
SAW dikukuhkan statusnya menjadi seorang Rasul. Dengan ini, beliau menerima
perintah untuk menyampaikan dan mendakwahkan agama Islam bagi seluruh umat
manusia.
4. Fathanah
Diriwiyatkan dari Ali bin Abu Thalib
bahwa saat pasukan Islam dan pasukan suku Qurais sedang bersiap untuk
pertempuran di daerah Badar, Rasulullah SAW mencari informasi dari dua orang
pemuda yang menyediakan air minum untuk pasukan suku Qurais perihal kondisi
dari pasukan mereka. Beliau bertanya perihal lokasi perkemahan tentara suku
Qurais. Mereka pun menjawab,”Mereka berada di balik bukit pasir ini, di bibir
lembah yang paling ujung.”
Kemudian Rasulullah SAW menanyakan
perihal jumlah pasukan suku Qurais. Kedua pemuda itu tampak kebingungan. Para
sahabat pun dibuat tak sabar oleh sikap kedua orang tersebut. Meski begitu,
pada akhirnya mereka menjawab,”Jumlah pasukan kami banyak sekali.” Rasulullah
bertanya lagi,”Ya, jumlahnya berapa?” Jawaban mereka pun tetap sama seperti
jawaban yang pertama.
Akhirnya, Rasulullah SAW mengganti pertanyaannya
untuk kedua pemuda itu, “Berapakah jumlah unta dan kambing yang mereka sembelih
setiap harinya?” Mereka hanya menjawab bahwa pada tiap harinya pasukan suku
Qurais menyembelih kambing kurang lebih 10 ekor. Mengetahui hal tersebut,
Rasulullah SAW memprediksikan jumlah pasukan musuh sekitar seribu orang. Tiap
satu kambing diberikan untuk seratus pasukan. Beliau pun akhirnya tahu kekuatan
musuh yang sebenarnya.
Itulah salah satu bukti kecerdasan
dari Rasulullah SAW. Masih banyak lagi bukti kecerdasan Rasulullah SAW dalam
bidang lainnya yang menjadi faktor
kesuksesan beliau dalam melaksanakan misi kerasulannya.
EVALUASI
Guru dan peserta didik membuat
kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan peserta didik kemudian
diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami
TUGAS :
Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok
atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang
mempresentasikan