Kisi Kisi SUMATIF TENGAH SEMESTER (STS) GENAP FEBRUARI 2024

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(KISI-KISI STS)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Jumat / 01 Maret 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 7 (Tujuh) A, B, C dan  D

Fase                   : D

Elemen Mapel    : Sumatif Tengah Semester Genap

Kisi-Kisi

BAB 6 : ALAM SEMESTA SEBAGAI TANDA KEKUASAAN ALLAH SWT.

·        Mampu membacaan Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54.

·        Mampu menghafal Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54.

·        Mampu memahami Kandungan Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54.

·        Mampu memahami Pesan Nabi Muhammad Saw. tentang Menguasai Ilmu Pengetahuan.

·        MAmpu mengetahui Nilai-Nilai yang Dapat Dipetik pada Penciptaan dan Pengaturan Alam Semesta

 

BAB 7 : MAWAS DIRI DAN INTROSPEKSI DALAM MENJALANI KEHIDUPAN

·        Melalui pembelajaran inquiry, peserta didik dapat menghubungkan fungsi iman kepada malaikat dengan aktivitas kehidupan.

·        Melalui pembelajaran jigsaw, peserta didik dapat menunjukkan cara menumbuhkan karakter positif sehingga tertanam dorongan untuk beramal baik dan menjauhi amal yang buruk.

·        Melalui pembelajaran berbasis produk, peserta didik dapat membuat infografis mengenai tugas para malaikat dengan canva atau piktochart dengan benar.

 

PAI KELAS 8A dan 8B Iman kepada Nabi dan Rasul Pertemuan ke 3 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

 JUDUL

IMAN KEPADA NABI DAN RASUL

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Rabu / 28 Februari 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 8 (Delapan ) A dan B

Guru Pengampu : Achmad Rifki, S.Ag

Waktu                  : 3 Jam Pelajaran

KD

·        Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul Allah

·        Meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Melalui pendekatan tertulis pada blog, tayangan video LCD dan penjelasan guru maka siswa-siswi akan dapat mengerti dampak negatif mengkonsumsi minuman keras, judi, dan pertengkaran

APERSEPSI

Pada pertemuan sebelumnya peserta didik bersama-sama dengan guru menggali Iman Kepada Nabi Dan Rasul

MATERI

4 Sifat Wajib Rasul serta Sifat Mustahil Rasul, dan Kisah Dibaliknya

Sifat wajib bagi Rasul ialah sifat yang pasti dimiliki oleh para Rasul dan dapat ditunjukkan dalam kisah keseharian mereka. Berikut, sifat-sifat wajib yang dimiliki oleh para rasul.

1. Siddiq

Siddiq mempunyai arti yaitu benar. Maksudnya ialah tiap-tiap perkataan yang diucapkan atau disampaikan oleh rasul sifatnya selalu benar. Baik benar dalam menyampaikan wahyu yang sumbernya dari Allah SWT maupun benar dalam perkataan-perkataan yang memiliki hubungan dengan persoalan dunia.

Siddiq menjadi salah satu sifat yang wajib bagi para rasul ini juga telah dibenarkan di dalam Al-Qur’an. Salah satunya yakni surah Maryam ayat 41,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan, seorang Nabi,”

 

Kata Siddiq dalam konteks sifat khusus yang dimiliki para rasul pun disinggung dalam surah Maryam ayat 50,

وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا

Artinya: “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.”

Maka dari itulah, tidak mungkin bagi para rasul untuk memiliki sifat sebagai pendusta.

2. Amanah

Sifat wajib bagi para rasul yang selanjutnya yakni amanah yang artinya yaitu dapat dipercaya. Para rasul senantiasa menjaga diri dari segala perbuatan dosa untuk menjaga kepercayaan umat atas dirinya.

Bukti bahwa para rasul memiliki sifat yang amanah ditunjukkan melalui surah An Nisa ayat 58,

۞ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Dengan demikian, mustahil bagi para rasul untuk melakukan hal-hal yang khianat.

3. Tabligh

Tablig yaitu sifat wajib bagi para rasul yang memiliki makna yakni menyampaikan wahyu. Dalam menjalankan tugas kerasulannya, seorang rasul wajib menyampaikan wahyu yang harus diimani oleh umat manusia.

Wahyu yang telah disampaikan oleh para rasul tersebut dapat berupa pengetahuan, syariat, maupun pedoman, ataupun risalah kenabian yang lain. Sekalipun wahyu yang disampaikannya tidak mudah maupun bukan sesuatu yang menyenangkan, para rasul akan senantiasa menyampaikannya tanpa mengurangi satu huruf pun sesuai dengan surah Al Maidah ayat 67,

۞ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

Maka dari itu sifat mustahil bagi rasul yakni kitman atau menyembunyikan. Tidak ada ajaran yang disembunyikan atas alasan pribadi atau pun kepentingan yang lainnya.

4. Fatanah

Sifat wajib bagi para rasul yang terakhir ialah fatanah yang artinya yaitu pandai, cerdas, dan bijaksana. Sebagai utusan Allah SWT bagi umat manusia, para rasul mampu untuk memahami berbagai permasalahan umat sekaligus memberikan jalan keluarnya.

Allah SWT memberikan kemampuan kepada para rasul dalam menyampaikan ajaran di antara kaumnya. Termasuk ketika berargumentasi menghadapi kaum yang menentang ajarannya seperti disinggung dalam surah Al An’am ayat 83,

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui

SIFAT MUSTAHIL RASUL

Sifat mustahil bagi Rasul artinya sifat yang tak mungkin ada dalam diri rasul. Karena, Rasul adalah manusia yang dipilih oleh Allah yang dan diberikan tugas untuk menyampaikan seluruh risalah-Nya untuk mengajak umat manusia beriman kepada Allah SWT. Sifat mustahil bagi para rasul ini ada empat yakni kidzib, khianah, Kitman, dan juga baladah. Berikut empat sifat mustahil bagi rasul yang perlu untuk diketahui:

1. Kidzib

Al-Kidzib artinya yakni berdusta. Mustahil bagi rasul untuk melakukan dusta atau bohong. Semua perkataan dan juga perbuatan rasul tidak pernah palsu dan mengada-ada. Hal ini telah ditegaskan melalui surah an-Najm: 2-4, berikut ini:

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ . وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’an) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm: 2-4)

2. Khianah

Khianah, artinya yaitu mustahil bagi rasul untuk berkhianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti akan dilaksanakan. Hal ini telah dijelaskan di dalam surat al-An’am ayat 106:

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

Artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. al-An’am: 106).

3, Kitman

Kitman, berarti mustahil jika rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang rasul terima dari Allah SWT pasti akan disampaikan kepada para umatnya. Hal ini juga telah disebutkan dalam surat al-An’am ayat 50:

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).” (QS. al-An’am: 50)

4. Baladah

Baladah berarti mustahil apabila rasul itu bodoh. Rasulullah memanglah merupakan orang yang ummi (tak dapat membaca dan menulis) tetapi beliau diberikan anugerah kecerdasan yang luar biasa dari Allah SWT.

KISAH RASUL

1. Sidiq

diriwayatkan Imam Tirmizi dari Abdullah bin Hamsa bahwa beliau berkata :

“Aku pernah mengadakan transaksi jual beli dengan Rasulullah sebelum dia diutus sebagai seorang Rasul. Lalu aku masih membawa piutang beliau dan aku berjanji akan membayarnya di tempat yang sama, namun aku lupa. Setelah tiga hari aku ingat, lalu aku datang ke tempat yang telah saya janjikan dan ternyata beliau ada di situ,” katanya.

Nabi SAW bersabda, “Wahai anak muda, engkau telah menyusahkan aku, aku di sini sejak tiga hari yang lalu untuk menunggumu,” katanya.

 

Kejujuran dalam tiap-tiap perkataannya bahkan telah dicontohkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, yaitu di masa Nabi Ismail AS. Kisah ini diabadikan juga dalam Alquran surat Maryam ayat 54.

وَاذۡكُرۡ فِى الۡـكِتٰبِ اِسۡمٰعِيۡلَ‌ ۚاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الۡوَعۡدِ وَكَانَ رَسُوۡلًا نَّبِيًّا‌

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”

Menurut Tafsir Al-Wajiz dari tulisan Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih serta tafsir dari Suriah, ayat ini menceritakan perihal Nabi Ismail bin Ibrahim yang jujur atas setiap perkataannya.

Hal tersebut meliputi janjinya yang dibuat bersama dengan Allah SAW kepada Nabi Ibrahim AS ketika berjanji kepada dirinya sendiri untuk bersabar atas rencana penyembelihan dirinya yang akan dilakukan oleh sang ayah, seperti dalam Ash-Shaffat:102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Nabi Ismail AS memenuhi janjinya, dan memberikan kemudahan bagi ayahnya untuk melakukan penyembelihan.

Sebuah musibah terberat yang menimpa seseorang. Kemudian Allah memberikan sifat nubuwwah (kenabian) dan risalah (kerasulan), yang adalah nikmat paling yang Allah berikan kepada hambaNya serta menjadikannya sebagai insan yang berada pada tingkatan tertinggi dari para makhluk.

2. Amanah

Saat dalam Perang Khaibar, Rasul SAW serta pasukan muslim berada di dalam keadaan yang sangat sulit. Sedemikian sulitnya, hingga mereka terpaksa harus memakan daging dari hewan yang dianggap makruh untuk bertahan hidup. Demikianlah keadaan pasukan muslim pada saat itu.

Tatkala itu, seorang lelaki datang dan menghadap Rasul SAW. Ia berkata, “Wahai Rasulullah! Aku adalah seorang Yahudi dan mengembala adalah pekerjaanku. Aku sedang membawa domba-domba orang Yahudi yang ingin aku kembalikan lagi kepada pemiliknya. Sekarang, aku ingin engkau menjelaskan kepadaku tentang hakikat Islam. Sehingga aku bisa bangga menjadi seorang Muslim.”

Rasul SAW kemudian memandangnya dengan penuh rasa welas asih. Lalu, beliau mengajarkan mengenai Islam hingga dua kalimat syahadat kepadanya.

Setelah memeluk agama Islam, lelaki tersebut pergi dan tidak lama kemudian kembali lagi ke sisi Rasulullah dengan membawa banyak domba.

“Wahai Rasulullah! Ini adalah domba-domba orang-orang Yahudi yang sekarang sedang berperang denganmu. Sekarang engkau dan pasukan Muslimin sedang kesulitan. Menurutku, ambillah domba-domba ini sebagai harta rampasan perang, sehingga kesulitan ini dapat teratasi.” jelasnya.

 

Rasul SAW lalu menatapnya dan bersabda, “Wahai Fulan! Khianat dalam amanah merupakan sebuah dosa besar dalam agama Islam. Sekarang kamu adalah seorang Muslim maka kamu harus menjalankan ajaran Islam dan menjaga amanah adalah sesuatu yang wajib. Maka pergilah engkau ke Benteng Khaibar dan kembalikanlah domba-domba ini kepada pemiliknya!”

3. Tabligh

Dalam sebuah hadis yang diriwayatka oleh Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Aisyah RA pernah berkata: “Peristiwa awal turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW adalah diawali dengan Ar-ru’yah ash-shadiqah (mimpi yang benar) di dalam tidur. Tidaklah Beliau bermimpi, kecuali yang Beliau lihat adalah sesuatu yang menyerupai belahan cahaya Shubuh. Dan di dalam dirinya dimasukkan perasaan untuk selalu ingin menyendiri.”

Setelah mendapatkan mimpi itu, Rasulullah SAW memutuskan untuk pergi ke Gua Hira untuk berdiam diri. Beliau melakukan ibadah di dalam sana pada setiap malam selama hingga beberapa hari. Hingga pada 17 Ramadhan, datanglah malaikat Jibril menemuinya.

Sebagaimana dikatakan oleh Aisyah RA, malaikat Jibril datang ke Rasulullah sembari berkata “Iqra”. Kemudian Rasulullah SAW menjawab “aku tidak bisa membaca”. Lalu, malaikat pun menarik serta menutupi Rasulullah SAW hingga beliau merasa kesulitan.

Kemudian malaikat datang kembali kepada Rasulullah SAW dan berkata “Iqra”. Dan beliau pun kembali menjawab “aku tidak bisa membaca”. Kemudian malaikat menarik lagi dan mendekap Rasulullah SAW hingga ketiga kalinya hingga beliau merasa kesulitan.

Kemudian malaikat Jibril menyuruh beliau membaca surat Al-Alaq ayat 1-5:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Setelah Rasulullah SAW berhasil membaca bacaan surat tersebut dengan lancar, sang malaikat Jibril pun meninggalkannya pergi. Kemudian Rasulullah SAW pulang dengan keadaan gelisah dan menggigil seperti demam.

Setelah sampai di rumah, Rasululah SAW meminta tolong Khadijah untuk menyelimutinya. Lalu, Rasulullah SAW menceritakan apa yang telah dialaminya kepada Khadijah sembari berkata, “Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku? Sungguh aku merasa khawatir atas diriku sendiri.”

Lalu, Khadijah menjawab, “Tidak, bergembiralah engkau. Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkau selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengupayakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran.”

ari peristiwa tersebut Nabi Muhamad SAW dikukuhkan statusnya menjadi seorang Rasul. Dengan ini, beliau menerima perintah untuk menyampaikan dan mendakwahkan agama Islam bagi seluruh umat manusia.

4. Fathanah

Diriwiyatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa saat pasukan Islam dan pasukan suku Qurais sedang bersiap untuk pertempuran di daerah Badar, Rasulullah SAW mencari informasi dari dua orang pemuda yang menyediakan air minum untuk pasukan suku Qurais perihal kondisi dari pasukan mereka. Beliau bertanya perihal lokasi perkemahan tentara suku Qurais. Mereka pun menjawab,”Mereka berada di balik bukit pasir ini, di bibir lembah yang paling ujung.”

Kemudian Rasulullah SAW menanyakan perihal jumlah pasukan suku Qurais. Kedua pemuda itu tampak kebingungan. Para sahabat pun dibuat tak sabar oleh sikap kedua orang tersebut. Meski begitu, pada akhirnya mereka menjawab,”Jumlah pasukan kami banyak sekali.” Rasulullah bertanya lagi,”Ya, jumlahnya berapa?” Jawaban mereka pun tetap sama seperti jawaban yang pertama.

Akhirnya, Rasulullah SAW mengganti pertanyaannya untuk kedua pemuda itu, “Berapakah jumlah unta dan kambing yang mereka sembelih setiap harinya?” Mereka hanya menjawab bahwa pada tiap harinya pasukan suku Qurais menyembelih kambing kurang lebih 10 ekor. Mengetahui hal tersebut, Rasulullah SAW memprediksikan jumlah pasukan musuh sekitar seribu orang. Tiap satu kambing diberikan untuk seratus pasukan. Beliau pun akhirnya tahu kekuatan musuh yang sebenarnya.

Itulah salah satu bukti kecerdasan dari Rasulullah SAW. Masih banyak lagi bukti kecerdasan Rasulullah SAW dalam bidang lainnya yang  menjadi faktor kesuksesan beliau dalam melaksanakan misi kerasulannya.

EVALUASI

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami

TUGAS :

Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan

PAI KELAS 7A dan 7D MAWAS DIRI DAN INTROSPEKSI DALAM MENJALANI KEHIDUPAN Pertemuan Ke 1

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Pertemuan Ke 1)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Senin / 27 Feb 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                   : 7 (Tujuh) A dan  D

Fase                    : D

Elemen Mapel     : Akhlak

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Melalui pembelajaran inquiry (proses berfikir siswa), maka siswa dapat menghubungkan fungsi iman kepada malaikat dengan aktivitas kehidupan.

APERSEPSI

Pada materi sebelumnya peserta didik sudah diarahkan dan dianggap sudah mampu memahami Tanda Kekuasaan Allah SWT yang berkaitan dan hubungannya dengan mawas diri dan introspeksi dalam menjalani kehidupan

JUDUL PEMBAHASAN

MAWAS DIRI DAN INTROSPEKSI DALAM MENJALANI KEHIDUPAN

TUJUAN PEMBELAJARAN :

• Peserta didik dapat menghubungkan fungsi iman kepada malaikat dengan aktivitas kehidupan

MATERI

Definisi Malaikat

Malaikat adalah salah satu makhluk Tuhan. Yang diciptakan dari Cahaya-Nya (Hanya). Malaikat adalah salah satu makhluk Tuhan. yang ghaib artinya tidak terlihat oleh mata manusia. Malaikat dalam hidupnya hanya dimaksudkan untuk mengabdi kepada ALLAH SWT. Sehingga malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang paling taat dan taat dan tidak sekali pun malaikat melalaikan perintah Allah. ALLAH menciptakan begitu banyak malaikat dan manusia. Namun, malaikat memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dan mereka tidak pernah mengabaikan tugas ini.

Fungsi Kepercayaan Pada Malaikat

Setelah kita mengetahui dan meyakini bahwa malaikat ada sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, kita dapat mengambil hikmah dari penciptaannya antara lain :

·     Kita akan berusaha meneladani salah satu sifat malaikat, yaitu selalu tunduk dan patuh kepada Allah SWT.

·        Agar hidup kita penuh dengan ketakwaan kepada Allah SWT.

·        Tingkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.

Nama-nama Malaikat

Malaikat adalah makhluk cahaya Tuhan dan memiliki kualitas supernatural. Seperti halnya manusia dan makhluk Tuhan lainnya, malaikat diberi nama oleh Tuhan agar kita tahu dan percaya akan tugas malaikat. Dalam ajaran agama kita yaitu islam ada 10 nama yang diberikan ALLAH kepada para malaikat yang wajib kita ketahui dan yakini yaitu :

1. Malaikat Jibril bertanggung jawab untuk menyampaikan wahyu.

2. Malaikat Mikail bertanggung jawab membagi Rizky dan menurunkan hujan.

3. Malaikat Israfil bertugas meniup terompet atau terompet di hari kiamat.

4. Malaikat Izroil bertugas mencabut nyawa.

5. Malaikat Rokib bertugas mencatat amal kebaikan manusia.

6. Malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk manusia.

7. Malaikat Munkar bertugas menanyai orang di dalam kubur.

8. Malaikat Nakir memiliki kewajiban yang sama untuk menyembah orang di dalam kubur seperti Malaikat Munkar.

9. Malaikat Malik bertugas menjaga pintu Neraka.

10. Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga.

Sifat Malaikat

Kita tahu bahwa malaikat adalah makhluk Allah SWT. Jadi, sama seperti makhluk Tuhan lainnya, malaikat juga memiliki sifat sebagai makhluk. Ciri-ciri malaikat adalah:

Malaikat bukanlah laki-laki atau perempuan seperti manusia dan hewan.

Malaikat selalu taat kepada Allah swt.

Malaikat tidak memiliki nafsu, jadi mereka tidak perlu makan dan minum sebanyak kebutuhan biologis.

Malaikat tidak pernah sombong dan selalu memuliakan Allah swt..

Malaikat tidak memiliki ayah, ibu, anak, atau istri seperti manusia.

Malaikat dengan izin Allah SWT bisa menjelma menjadi apa saja.

Hikmah Iman Kepada Malaikat

Meniru Sifat Malaikat Yang Taat Beribadah Kepada Allah SWT

Salah satu hikmah beriman kepada malaikat adalah dengan meneladani sifat malaikat yang selalu taat kepada Allah SWT.

Malaikat adalah makhluk yang paling taat kepada Allah. Malaikat selalu beribadah dan menjalankan perintah Allah sesuai dengan surat Al-A’raf ayat 206.

“Sesungguhnya para malaikat yang berada di sisi Tuhanmu tidak ragu-ragu untuk menyembah Allah, dan mereka mengangkat-Nya, dan hanya kepada-Nya mereka bersujud,”

Dengan percaya kepada malaikat manusia dapat meniru perilaku malaikat yang selalu taat kepada Allah SWT.

Selalu Melakukan Perbuatan Baik Dan Menghindari Dosa

Hikmah beriman kepada malaikat adalah selalu berbuat baik dan menjauhi dosa karena selalu ada malaikat yang mencatat perbuatan manusia

Percaya kepada malaikat juga berarti beriman kepada kewajiban malaikat, salah satunya adalah kewajiban malaikat Raqib dan Atid. Malaikat Raqib bertanggung jawab untuk mencatat perbuatan baik dan Malaikat Atid bertanggung jawab untuk mencatat dosa-dosa manusia.

Oleh karena itu, setiap orang harus bisa berperilaku baik karena akan selalu ada malaikat yang mencatat perbuatan baik dan buruk orang.

Tugas malaikat ini sesuai dengan surat Qaf, ayat 16-18

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dan mengetahui apa yang dibisikkan hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua malaikat mencatat perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada juga yang dikatakannya, melainkan malaikat pelindung itu dekat, yang selalu hadir.”

Mempercayai Ada Kehidupan Setelah Di Dunia

Hikmah beriman kepada malaikat adalah percaya adanya kehidupan di alam kubur dan kehidupan akhirat di dunia ini. Beberapa kewajiban malaikat yang harus dipercaya berkaitan dengan kehidupan akhirat di dunia.

Malaikat Izrail bertanggung jawab untuk mengambil nyawa, Malaikat Munkar dan Nakir bertanggung jawab untuk menyelidiki dan menyelidiki perbuatan manusia di dalam kubur, Malaikat Israfil meniup terompet pada Hari Kebangkitan dan hari orang-orang dibangkitkan, dan Malaikat Malik dan Ridwan ditugaskan untuk menjaga gerbang neraka dan surga.

Hikmah beriman kepada malaikat juga bisa membuat orang percaya bahwa ada kehidupan di dalam kubur dan di akhirat. Diharapkan agar manusia selalu menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya agar dapat berusaha masuk surga.

Mempercayai Rezeki Dari Allah SWT

Malaikat Mikail bertanggung jawab sebagai perantara yang memberikan makanan dari Tuhan kepada manusia. Dengan beriman kepada malaikat, setiap manusia harus selalu berusaha dan percaya bahwa Allah akan memberikan rezeki itu. Makanan yang diberikan termasuk pertolongan dari Allah.

“Bagi manusia ada malaikat yang mengikutinya secara bergantian, di depan dan di belakangnya, menjaganya atas izin Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”, Allah berfirman dalam surat Ar-ra’d ayat 11.

Menyempurnakan Iman Kepada Allah SWT

Hikmah beriman kepada malaikat menambah dan menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT. Alasan untuk ini adalah bahwa kepercayaan pada malaikat adalah salah satu dari enam rukun iman yang harus dipercaya.

 

Meningkatnya keimanan kepada Allah SWT dibuktikan dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Perbedaan Malaikat, Jin, dan Manusia

Malaikat, jin dan manusia adalah tiga makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Ketiganya memiliki perbedaan sifat dan tugas yang diemban pun berbeda. Asal ketiga makhluk ini pun tak sama

Dilihat dari segi asalnya, malaikat diciptakan dari nur atau cahaya sementara manusia diciptakan dari tanah dan jin dari api. Malaikat tak memiliki hawa nafsu, sedangkan jin dan manusia memiliki hawa nafsu.

Secara lebih rinci, berikut 6 gambaran perbedaan malaikat, jin dan manusia:

Segi Asal Kejadian

Perbedaan malaikat, jin dan manusia yang pertama dilihat dari segi asal mula kejadiannya. Islam menjelaskan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan manusia diciptakan dari tanah oleh Allah SWT.

Hal ini juga dijelaskan melalui salah satu riwayat HR Muslim yang isinya: “Malaikat itu diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.”

Berbeda Sifat

Perbedaan malaikat, jin dan manusia yang kedua adalah dari segi sifat. Malaikat dijelaskan hanya memiliki sifat mulia, selalu taat pada Allah SWT, bershalawat pada nabi, selalu memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, tidak pernah lelah dan tidur. Sementara, sifat jin dan manusia terbagi dua yaitu ada yang taat dan ada yang ingkar. 

Berikut firman Allah mengenai ketaatan malaikat kepada Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrin Ayat 6).

Berbeda Wujud

Perbedaan malaikat, jin dan manusia yang ketiga dilihat dari segi wujudnya. Malaikat memiliki wujud yang tidak kasat mata dan memiliki sayap. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang bersabda:

“Segalap puji bagi Allah Pencipta Langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-nya.” (QS.  Al-Fathir ayat 1).

Wujud dari jin juga tidak kasat mata. Sementara wujud manusia adalah makhluk yang terlihat atau memiliki fisik yang dapat disentuh.

Segi Keinginan

Perbedaan malaikat, jin dan manusia yang berikutnya adalah dari segi keinginan atau ambisi. Malaikat diciptakan oleh Allah SWT tidak memiliki hawa nafsu. Sedangkan, jin dan manusia diciptakan memiliki hawa nafsu dan keinginan-keinginan.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga menjadi faktor perbedaan malaikat, jin dan manusia. Malaikat bukanlah entitas yang dapat dikualifikasikan sebagai pria atau wanita. Malaikat adalah suatu hal yang gaib, tidak bisa dianalogikan dengan sesuatu yang nampak oleh indera manusia.

Allah mencela sikap orang-orang musyrik yang menganggap malaikat sebagai mahluk dengan jenis kelamin perempuan. Allah berfirman dalam Surat Ash-Shaffat ayat 149-150 yang berbunyi;

“Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Makkah), apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak laki-laki. Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikannya?”

Sementara itu, untuk masalah jenis kelamin jin dan manusia memiliki kesamaan. Ya, jin dan manusia sama-sama ada yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Berbeda Kebutuhan Hidup

Perbedaan malaikat, jin dan manusia yang terakhir adalah dari segi kebutuhan hidup. Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dengan ketidakbutuhan untuk makan maupun minum, tidak berayah maupun ibu, serta tidak pernah lelah dan tidur.

Hal ini seperti yang diiceritakan dalam kisah Nabi Ibrahim di Al-Qur'an, bahwa suatu ketika ia didatangi seorang tamu. Nabi Ibrahim menyuguhi tamunya daengan hidangan daging sapi. Akan tetapi, saat dipersilahkan tamunya tersebut tidak mau makan. Maka Nabi Ibrahim segera menyadari bahwa tamunya itu bukanlah manusia, melainkan malaikat. Kisah tersebut tertuang di dalam Al-Quran Surat Adz-Dzariyat ayat 24 hingga 28.

Berbeda dengan malaikat, jin dan manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan hidup. Jin dan manusia sama-sama membutuhkan makan, minum, menikah, memiliki anak, mempunyai ayah maupun ibu, dan istirahat.

Fungsi Iman Kepada Malaikat

Tentunya sebagai seorang muslim, seseorang harus mengetahui dan meyakini keberadaan malaikat. Juga, iman kepada malaikat adalah rukun iman yang ke-2 dari 6 keyakinan yang harus diyakini bagi umat Islam

EVALUASI

Apa fungsi iman kepada malaikat, apakah kita sebagai muslim harus mengimaninya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan baca keterangan di atas

KESIMPULAN

Peserta didik diharapkan mampu Mampu memahami Definisi Malaikat, fungsi Percaya Pada Malaikat, Nama-nama Malaikat dan tugasnya, Hikmah Iman Kepada Malaikat, Berikut dalil-dalilnya.

Post Test PAI KELAS 7A dan 7D ALAM SEMESTA SEBAGAI TANDA KEKUASAAN ALLAH SWT

 

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

(Post Test)

IDENTITAS

Hari / Tanggal     : Senin / 12 Feb 2024

Mata Pelajaran   : Pendidikan Agama Islam

Kelas                  : 7 (Tujuh) A dan  D

Fase                   : D

Elemen Mapel    : Al-Quran dan Hadist

CAPAIAN PEMBELAJARAN

        Mampu membacaan Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54.

        Mampu menghafal Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54.

        Mampu memahami Kandungan Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54.

        Mampu memahami Pesan Nabi Muhammad Saw. tentang Menguasai Ilmu Pengetahuan.

        Mampu mengetahui Nilai-Nilai yang Dapat Dipetik pada Penciptaan dan Pengaturan Alam Semesta

APERSEPSI

Pada materi sebelumnya peserta didik sudah diarahkan dan dianggap sudah mampu memahami Tanda Kekuasaan Allah SWT yang berkaitan dengan Alam Semesta Sebagai Tanda Kekuasaan Allah SWT

JUDUL PEMBAHASAN

ALAM SEMESTA SEBAGAI TANDA KEKUASAAN ALLAH SWT

TUJUAN PEMBELAJARAN :

A. Memahami Kandungan Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54

B. Mampu memahami Pesan Nabi Muhammad Saw. tentang Menguasai Ilmu Pengetahuan.

C. Mampu mengetahui Nilai-Nilai yang Dapat Dipetik pada Penciptaan dan Pengaturan Alam Semesta

MATERI

Soal tentang pemahaman Q.S. al-Anbiyā’/21: 30 dan Q.S. al-A’rāf/7: 54

Soal tentang pemahaman Pesan Nabi Muhammad Saw. tentang Menguasai Ilmu Pengetahuan.

Soal tentang pemahaman Nilai-Nilai yang Dapat Dipetik pada Penciptaan dan Pengaturan Alam Semesta

EVALUASI

Bekerja secara mandiri

KESIMPULAN

Penilaian kemampuan dan pemahaman siswa