Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti P2 Kelas 8 Tema Peradaban Islam pada Masa Abbasiyah (750–1258M)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

IDENTITAS

Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam

Kelas / Fase

8 (Delapan)  / Fase D

Elemen Mapel

Sejarah Peradaban Islam

Pertemuan Ke

2 (Dua)

Guru Pengampu

Achmad Rifki, S.Ag

Waktu Pembelajaran

Senin, Rabu, Kamis dan Jum’at / 04, 06, 07, 08 Nov 2024 (Sesuai Jadwal)

CAPAIAN PEMBELAJARAN (CP)

Elemen Mapel

Capaian Pembelajaran

Aqidah

Pada akhir fase ini, peserta didik mampu:

·        Menjelaskan Bait al-Hikmah sebagai pusat studi ilmu pengetahuan

·        menjelaskan kemajuan peradaban Islam di bidang Seni pada masa Bani Abbasiyah

·        menjelaskan kemajuan peradaban Islam di bidang ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah

TUJUAN PEMBELAJARAN

Melalui pemahaman dan penyampaian materi melalui blog ini sebagai bahan literasi pendukung, peserta didik dapat membaca dan mengetahui makna yang terkandung dalam Ibadah dengan Disiplin dan Penuh Harap Kepada Allah SWT serta Peduli terhadap Sesama  dengan baik serta mempresentasikan maknanya di depan kelas menggunakan PPT atau video/mind map atau karya lain sesuai dengan diferensiasi gaya belajar siswa.

Assalamu'alaikum Wa Rohmatullahi .Wa Barokatuh.

 الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wassholaatu wassalaamu ‘alaa asyroofil anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa wahabiibinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi aj’ma’iin,wa mantabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.

Sebelum kita memasuki materi hari ini, mari kita  ingat lagi tentang materi Sebelumnya yakni Peradaban Islam pada Masa Abbasiyah (750–1258M)

MATERI

Sejarah dan Signifikansi Perpustakaan Islam Terbesar

Bait al-Hikmah adalah salah satu perpustakaan Islam terbesar yang pernah ada. Terletak di Baghdad, Irak, perpustakaan ini dibangun pada abad ke-8 oleh Khalifah Harun al-Rashid. Bait al-Hikmah berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kultur bagi masyarakat Muslim pada masanya.

Perpustakaan ini dikenal sebagai tempat yang sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Islam. Banyak sekali ilmuwan dan filsuf Muslim terkenal, seperti Al-Kindi dan Al-Farabi, yang menjadi bagian dari kegiatan intelektual yang terjadi di Bait al-Hikmah. Perpustakaan ini juga menjadi tempat untuk menyimpan ribuan manuskrip dan buku yang berisi pengetahuan dan informasi dari berbagai bidang.

Bait Al-Hikmah atau Baitul Hikmah  juga merupakan pusat ilmu dan buku pada masa kejayaan Islam klasik. Bait Al-Hikmah pertama kali dibangun pada abad ke-8 M di kota Baghdad, Irak, dan menjadi salah satu institusi penting dalam sejarah dunia. Bait Al-Hikmah didirikan oleh Khalifah Harun Al-Rashid, yang merupakan salah satu pemimpin terkenal dalam sejarah Islam. Ia memahami pentingnya ilmu dan pengetahuan bagi kemajuan umat manusia, dan memutuskan untuk membangun sebuah pusat ilmu yang menjadi sarana bagi orang untuk mencari dan mempelajari ilmu. Kemudian Perpustakaan islam klasik terbesar ini mengalami kemajuan yang pesat pada masa pemerintahan  Khalifah Al-Ma’mun.

Bait Al-Hikmah menjadi salah satu tempat terpenting bagi para ilmuwan, filsuf, dan sarjana untuk berkumpul dan berbagi pengetahuan. Gedung ini menjadi tempat pembelajaran dan penelitian bagi para sarjana, dan memiliki ribuan buku yang mencakup berbagai bidang ilmu, seperti sastra, filsafat, matematika, dan astronomi.

Bait al-Hikmah memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Islam pada masa itu, dan banyak mempengaruhi pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat pada abad ke-9 dan ke-10. Perpustakaan ini menjadi salah satu sumber utama bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu, dan menjadi tempat yang sangat penting bagi pertukaran ide dan pengetahuan antar ilmuwan dan filsuf. Bait Al-Hikmah juga punya andil besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu. Banyak ilmuwan dan sarjana yang mempelajari dan meneliti ilmu di Bait Al-Hikmah, dan membuat banyak penemuan dan kontribusi yang berpengaruh pada dunia ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.

Namun, perpustakaan ini hancur pada abad ke-13 sebagai akibat dari serangan bangsa Mongol. Kehancuran perpustakaan ini menandakan kehilangan banyak sekali manuskrip dan buku yang berisi pengetahuan dan informasi penting.

Meskipun perpustakaan Bait al-Hikmah sudah tidak ada lagi, namun legasinya tetap terasa sampai sekarang. Perpustakaan ini menjadi salah satu contoh penting dari sejarah perpustakaan Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Islam pada masa lalu.

Secara keseluruhan, Bait Al-Hikmah adalah contoh penting dari institusi yang memfasilitasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta membantu memajukan umat manusia. Gedung ini merupakan salah satu tempat penting bagi para sarjana untuk berbagi dan mempelajari ilmu, dan memberikan inspirasi bagi generasi masa kini untuk terus mempromosikan ilmu dan pengetahuan.

Bait al-Hikmah adalah pusat ilmu pengetahuan dan kultur Islam pada masanya. Perpustakaan ini didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad, Irak pada abad ke-8. Bait al-Hikmah memiliki beberapa fungsi, di antaranya: Perpustakaan, Lembaga pendidikan, Lembaga riset, Observatorium, Biro penerjemahan.

Bait al-Hikmah memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, di antaranya:

·        Menerjemahkan buku-buku dari bahasa Yunani, India, dan Persia ke dalam bahasa Arab

·        Menjadi tempat berkembangnya para ilmuwan

·        Membentuk pola pikir

·        Membantu memajukan perkembangan berbagai disiplin ilmu, seperti matematika, fisika, astronomi, kedokteran, kimia, filsafat, dan teknik

Bait al-Hikmah mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun. Pada masa pemerintahannya, Bait al-Hikmah dibuka untuk publik dan menjadi lembaga formal. Bait al-Hikmah runtuh akibat konflik politik internal dan serangan Mongol.

Kemajuan Peradaban Islam Di Bidang Seni Pada Masa Bani Abbasiyah

Daulah Abbasiyah merupakan kekhalifahan yang berkuasa selama masa kejayaan Islam, yakni antara tahun 750 hingga 1258. Kemajuan Islam pada masa Daulah Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Apa saja perkembangan seni dan budaya di masa Daulah Abbasiyah?

Faktor majunya seni dan budaya Daulah Abbasiyah

Pada masa Daulah Abbasiyah, perkembangan seni dan budaya terasa sangat signifikan, sesuai perubahan kehidupan umat Islam dari kehidupan badawah (desa) yang sederhana ke kehidupan kota yang makmur.

Seni dan budaya tumbuh bersama dengan kehidupan agama Islam yang dipeluk oleh masyarakat Abbasiyah. Dengan ditaklukkannya wilayah-wilayah yang dulu menjadi pusat budaya, maka bertemulah bentuk budaya dari beraneka ragam etnis yang kemudian melebur dan berkembang dalam suasana Islami. Sikap Islam dalam menerima kebudayaan dari luar dapat berupa absorbsi (penyerapan), modifikasi (penyesuaian), dan eliminasi (pemisahan). Pembauran tiga sikap tersebut dengan nilai-nilai Islam melahirkan corak kebudayaan baru berupa karya seni dan budaya yang bermutu tinggi. Salah satu penyebab kemajuan peradaban Islam dalam bidang seni budaya dan sastra pada Daulah Abbasiyah adalah adanya asimilasi antara bangsa Arab dan etnis-etnis lain yang lebih dulu maju dalam bidang seni. Selain itu, pengaruh Persia juga menjadi faktor berkembangnya seni dan budaya pada masa Daulah Abbasiyah.

Kehidupan seni dan budaya Daulah Abbasiyah

Seni budaya yang berkembang pada masa Daulah Abbasiyah tidak lepas dari peran para khalifah. Para khalifah Daulah Abbasiyah mengembangkan berbagai jenis kesenian terutama kesusastraan pada khususnya, dan kebudayaan pada umumnya. Seni dan budaya yang dikembangkan meliputi seni musik, seni sastra, arsitektur, dan kaligrafi. Hasilnya, pada masa Daulah Abbasiyah, hidup budayawan dan sastrawan masyhur seperti Abu Tammam, Al-Jahiz, dan Abu Al-Faraj. Ada pula Ibnu Mukaffa, yang menerjemahkan sastra-sastra Persia, dan penyair Arab klasik paling terkenal, Abu Nawas.

Sedangkan di bidang seni kaligrafi, terdapat nama besar seperti Ibnu Muqlah bin Bawwab dan Yaqut Al-Mustashim.

Seni sastra

Kemajuan bidang seni sastra Dinasti Abbasiyah dapat dicapai karena para sastrawan diberi kebebasan dan tidak terikat dengan usaha mempertahankan kemurnian Arab. Sastra yang berkembang pada masa ini meliputi puisi, syair, prosa, dan novel.

Seni musik

Sejak zaman jahiliyah, orang Arab pada umumnya berbakat di dunia musik dan seni suara.

Larangan terhadap penggunaan musik dari para ahli fikih (hukum agama Islam) tidak begitu berpengaruh di masa pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad. Kebaikan hati para khalifah terhadap para musisi pun tidak jarang ditunjukkan dengan memberi tunjangan resmi. Pada masa ini, istana kekhalifahan di Baghdad melahirkan banyak penyanyi, pencipta lagu, dan pemain alat musik.

Meski terdapat dua pendapat bertolak belakang di kalangan ulama terkait musik, di mana ada memperbolehkan dan ada yang mengharamkan, pada kenyataannya musik telah menemani proses penyebaran agama Islam ke segenap penjuru wilayah kekhalifahan. Salah satu ciri musik dan nyanyian warisan dari zaman Daulah Abbasiyah adalah ringkas dalam melodi tetapi kuat dalam ritme. Beberapa alat musik yang berasal dari masa Dinasti Abbasiyah seperti kecapi, hurdy gurdy, alboka, keyboard gesek, timpani, dan masih banyak lainnya.

Arsitektur

Di bidang arsitektur, Bani Abbasiyah mengembangkan ciri khas tersendiri, terutama dalam hal dekorasi bangunan. Bangunan-bangunan pada masa Abbasiyah umumnya didirikan menggunakan batu bata. Bukti kemajuan peradaban masa Daulah Abbasiyah di bidang seni arsitektur dapat dilihat pada bangunan istana dan masjid.

Beberapa istana yang dibangun pada masa Daulah Abbasiyah di antaranya, Istana Ukhaidir, Istana Qashru al-Dzahab, Istana Jawsaq al-Khaqani, dan Istana Qasr al-'Ashiq. Sedangkan keunikan arsitektur masjid dari masa Dinasti Abbasiyah dapat disaksikan pada Masjid Agung Samarra, Masjid Al-Mansur, Masjid Ibnu Tulun, dan Masjid Al-Khulafa.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah

Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang. Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains. Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan umat islam hingga saat ini. Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk memajukan ilmu pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam memberi penghargaan terhadap jasa para ilmuwan. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk lembaga pendidikan. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan para khalifah pun terlihat jelas. Para khalifah yang memimpin turut mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya. Alhasil, penduduk berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi. Baca juga: Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan Beberapa langkah atau kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut. Menggalang penyusunan buku Penyusunan buku pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran. Hasil penelitian para ulama kemudian disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi penerus. Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke Bahasa Arab.

Peradaban Islam mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah, antara lain karena:

Pendirian pusat ilmu pengetahuan: Didirikannya Bait al-Hikmah sebagai pusat penerjemahan dan penelitian. Bait al-Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan, lembaga pendidikan, lembaga riset, observatorium, dan biro penerjemahan.

Penerjemahan buku-buku asing: Terjadi penerjemahan besar-besaran karya-karya ilmiah dari Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab.

Pembentukan mazhab-mazhab ilmu pengetahuan: Terbentuknya mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan.

Perkembangan ilmu-ilmu keislaman: Dimulainya sistematisasi beberapa cabang keilmuan seperti Tafsir, Hadits, dan Fiqh.

Perkembangan ilmu-ilmu sosial dan sains: Ilmu-ilmu sosial dan sains juga mengalami perkembangan.

Perkembangan ilmu matematika: Sidharta dari India memperkenalkan sistem angka dari Hindu yang terdiri dari 1-9.

Perkembangan ilmu fisika: Tokoh-tokoh ilmu fisika pada masa ini adalah al-Bakhi, al-Biruni, dan Naisiri Khusraw.

Perkembangan ilmu falak: Muhammad al-Fazzari merupakan ahli falak Islam yang menerjemahkan kitab al-Sind Hind, berisi ilmu falak dan matematika.

Perkembangan toko-toko buku: Toko-toko buku berkembang dengan pesat dan menjadi pusat lingkungan studi.

EVALUASI

1.     Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

2.     Refleksi pencapaian siswa/formatif asesmen, dan refleksi guru untuk mengetahui ketercapaian proses pembelajaran dan perbaikan.

3.     Menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.

4.     Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan dan motivasi tetap semangat belajar dan diakhiri dengan berdoa.

KESIMPULAN

Bagaimana anak anak, pada materi kali ini apakah kalian sudah memahami makna dan mampu memahami tentang badah dengan Disiplin dan Penuh Harap Kepada Allah SWT serta Peduli terhadap Sesama Melalui Shalat Gerhana, Istisqa, dan Jenazah

Baiklah... Berikut kesimpulan materinya : ibadah dengan Disiplin dan Penuh Harap Kepada Allah SWT serta Peduli terhadap Sesama Melalui Shalat Gerhana, Istisqa, dan Jenazah maka  harus mampu berakhlaq dan beraqidah baik dan benar sesuai ajaran islam. Karena keselamatan hidup di masa yang akan datang. Aturannya adalah arah jalan yang lurus.

Tetap semangat  dalam belajar tanpa batas karena islam mengajarakan kepada kita semua BELAJARLAH MULAI DARI BUAIAN HINGGA LIANG LAHAT.

BUKU REFERENSI :

Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti terbitan Kemdikbud Kurikulum Merdeka.

Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Tiga serangkai Kurikulum merdeka

Kitab Al-Quran Terbitan Kementrian Agama

Harimurti, Shubhi Mahmashony. (20155). Seni pada Masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah Tahun 711-950 Masehi. Jurnal Kajian Seni, 1 (2): 194-204. Subarman, Munir. (2015). Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan Peradaban Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Tidak ada komentar: